Mohon tunggu...
kimaaa
kimaaa Mohon Tunggu... Lainnya - 19 tahun

Mengabadikan tulisan saja

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup adalah Pilihan

19 Januari 2021   17:05 Diperbarui: 19 Januari 2021   17:17 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Terkadang di saat kita down, kita merasa bahwa hidup ini sangat menyebalkan. Kita mengeluh tentang hidup yang monoton, diam di tempat dan hidup seperti tidak adil bagi kita. Terkadang sampai menyalahkan Tuhan atas ketidakstabilan diri sendiri. Pertanyaan-pertanyaan semacam "Kenapa saya dilahirkan padahal saya tidak minta?" atau "Untuk apa saya hidup jika akhirnya mati?" 

Pertanyaan negatif seperti itu muncul di saat kita tidak melakukan apa-apa sehingga melupakan prinsip diri dan bersyukur. Kita sebenarnya tahu bahwa kehidupan ini ibarat roda, kadang di atas kadang di bawah. Kita terlalu mengagung-agungkan roda atas namun lupa cara mengatasi masalah jika sedang berada di bawah. Mengatasi masalah itulah hal yang paling penting. Setidaknya untuk mengantisipasi diri agar tidak terjebak dalam jurang kesengsaraan. 

Untuk itu kurangi kegiatan-kegiatan tidak berfaedah yang bisa membuat down. Misalnya jika sering larut dalam kehidupan sosial media sampai melupakan kehidupan nyata, tinggalkan atau tutup akun sekalian. Contoh lain ketika ada pesan dari seseorang yang cukup membuat hari berubah menjadi buruk, bisa pilih option blokir. Itu semua semata-mata demi menjaga kesehatan mental kita sendiri. 

Sadarilah bahwa hidup ini sementara dan kita berkuasa atas diri kita sendiri. Cukup perjuangkan hal yang berada dalam zona kontrol karena itu lebih mudah daripada menyulitkan diri atas hal di luar kontrol kita.

Selanjutnya, fokuskan pada pekerjaan atau bahkan impian kita untuk menjalani hidup supaya lebih terarah dan jelas. Namun bukan berarti mengabaikan fase saat kita down. Fase itu selalu ada karena bagian dari kehidupan manusia. Jika sedih, akui. Jika kecewa, ungkapkan saja tidak perlu berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa. Jika senang, rayakan. Itu semua normal karena kita adalah manusia yang memiliki emosi dan bukan tanda kita lemah. 

Adapun yang membuat kita tidak percaya diri untuk melakukannya adalah karena kita terlalu memikirkan tanggapan orang lain. Percayalah bahwa orang lain pun tidak memikirkan kita lebih banyak daripada memikirkan mereka sendiri. Hal yang harus kita ingat adalah setiap manusia memiliki masalah masing-masing. Kita tidak perlu pusing memikirkan orang lain itu. 

Cukup pikirkan perkembangan diri sendiri. Bukan berarti tidak peduli, kita harus tetap peduli dan menghargai mereka. Jadikanlah orang lain itu sebagai pewarna kehidupan kita. Sedikitnya pasti ada satu hal yang membekas dalam diri mereka sehingga kita bisa berubah tanpa kita sadari sebelumnya. 

Benar, hidup ini adalah pilihan. Apapun keputusan yang telah kita ambil, kita harus terima konsekuensinya. Selain itu juga kita tidak bisa memilih apa yang sudah menjadi milik kita sebelum kita memilihnya. Namun sekarang lihat, sekarang kita ini ada. Kita bernapas, bisa berpikir dan merasakan bahwa kita hidup. Kita bisa merubah hal yang bisa kita perjuangkan. 

Lingkungan pun turut andil dalam perkembangan hidup kita. Pilihlah lingkungan yang membuat diri kita berkembang. Segera tinggalkan lingkungan negatif maupun keputusan negatif yang membuat diri kita tidak berkembang. 

Hal penting lainnya adalah cintai diri sendiri. Ingat bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan sempurna. Tidak ada manusia yang tidak berguna di hadapan Tuhan. Bagi yang memiliki kepercayaan pasti tahu bahwa hidup ini akan berakhir. Untuk itu bersyukurlah atas hal yang kita punya sekarang. Selalu jaga lisan kita agar tidak menyakiti hati orang lain karena kita tidak pernah tahu kehidupan mereka yang sebenarnya.

Kehidupan ini unik. Lahir dari kehancuran namun bisa membuat kehidupan semacam ini. Seperti tanda bahwa dalam kesusahan ada kemudahan yang menanti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun