Mohon tunggu...
Kharina Putri
Kharina Putri Mohon Tunggu... Lainnya - SMK NEGERI 37 JAKARTA

16 TAHUN, SMK NEGERI 37 JAKARTA, XI KULINER 4

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kamu dan Segala Kenangan

17 November 2020   16:16 Diperbarui: 17 November 2020   16:27 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Rian tunggu aku ishhh, kamu tuh jalan jangan cepet-cepet kenapa. Nanti kalau aku jatuh ke sawah gimana, kamu mau tanggung jawab, " ujar aku dengan kesal.
" Ya makanya, kalau jalan itu jangan lama kaya siput. Mau sampe kapan jalan di tengah sawah gini, ga takut apa nanti ada uler sawah lewat, " jawab Rian sambil menggandeng tanganku.
" Ishhh, ya tapi jangan cepet-cepet bisa kepleset aku nanti. Ini kan tanah nya licin karena semalem hujan, " ujar aku.
" Iya-iya, ini aku jalannya pelan-pelan. Udah, kamu jangan banyak ngomong pusing aku dengernya, " ujar Rian dengan tangan yang masih menggandengku agar aku tidak kepleset.

Kami pun terus berjalan membelah hamparan hijau nya sawah, dibawah mentari senja. Hingga sampailah kami di rumah panggung dengan cat berwarna pink berpadu dengan putih. Rumah panggung kayu inilah saksi pertemuan awal aku dengan Rian. Rumah ini pula tempat masa kecil kakek ku tinggal dahulu. Sudah sangat tua namun tetap berdiri dengan kokoh hingga sekarang.

" Nahhh, sudah sampai. Sana kamu masuk, udah sore besok pagi aku jemput lagi kamu buat nemenin keliling kampung lagi, " ujar Rian, sambil menuntun aku menaiki tangga rumah.
" Besok aku udah pulang ke Jakarta, Ian. Jadi besok pagi kamu ke sini aja buat aku pamit sebelum pulang ke Jakarta, " ujar ku sambil menaiki tangga rumah.
" Besok kamu udah pulang ke Jakarta? Kok cepet banget sih balik nya?, " Tanya Rian dengan heran.
" Iya, besok aku udah pulang ke Jakarta. Karna hari Senin aku udah mulai sekolah lagi, "  jawab ku.

Aku melepas sandal dan menaruh nya di rak, lalu aku berbalik badan menghadap Rian yang masih berdiri dekat pagar pembatas.
" Ayo masuk dulu, nanti aku ceritain, " ujar ku sambil menarik tangan nya agar masuk ke dalam rumah.
" Assalamualaikum, " ujar ku dan Rian.

" Waalaikumsalam, " jawab nenek. " Sudah puas keliling kampung nya?, ".

                        Aku dan Rian pun salim kepada nenek, lalu duduk di sofa dekat nenek berdiri. Sungguh melelehkan hari ini, aku menghabiskan waktu dari pagi hingga petang untuk berjalan-jalan berkeliling kampung dengan pemandu nya adalah Rian. Entahlah aku senang saja berkeliling kampung, karna suasana disini yang sangat asri dan sejuk. Di sana air sungai pun masih sangat bersih, tidak ada sampah mengapung atau menumpuk. Jalanan disini pun masih berbatu dan tanah, jalanan di aspal hanya sampai gapura pintu masuk kampung.

" Sudah nenek, " Jawab ku. " besok kita jadi pulang ke Jakarta?, " Tanya ku pada nenek.
" Ya jadilah, senin kan kamu sudah harus mulai sekolah lagi, " ujar nenek sambil duduk mendekat dengan ku.
" Jadi, kamu kesini lagi kapan?, " Tanya Rian pada aku.
" Entahlah, aku mah ikut nenek aja. Paling juga liburan semester nanti, " jawab ku.
" Iya, nanti juga pulang lagi kalo Karin udah libur semester lagi. Kalo kamu Rian, kapan mulai sekolah nya lagi?, " Tanya nenek.
" Mungkin sama nek, hari Senin sudah mulai sekolah lagi, " jawab Rian.
Nenek pun mengangguk mengerti, lalu menoleh menghadap aku.

" Ya udah, kamu mandi dulu sana abis itu makan. Rian kamu tunggu sini dulu nanti makan bareng sama Karin, " ujar nenek

Nenek pun bangkit dari sofa menuju dapur, meninggalkan aku dan Rian yang masih terduduk di sofa ruang tamu.
" Yaudah kamu tunggu sini, jangan pulang dulu. Aku mau mandi dulu, " ujar aku.

                 Aku pun bangkit dari sofa, menuju kamar untuk mengambil baju salin. Setelah itu, berjalan menuju kamar mandi yang letak nya dekat dengan dapur. Aku pun memulai ritual mandi.
                  Selesai  mandi, aku duduk di ruang tamu menunggu nenek selesai memasak.

" Ian, kamu sekarang udah kelas berapa?, " Tanya ku pada Ian.
 " Kelas 5, aku kan sama kamu beda 4 tahun, " jawab Rian.
                   Aku pun terkejut saat Rian mengatakan bahwa aku dengannya terpaut usia 4 tahun. Aku kira Rian seusia dengan ku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun