Mohon tunggu...
khamim thohari
khamim thohari Mohon Tunggu... Seniman - Ini Profil

Mahasiswa IAIN Jember|Bahasa dan Sastra Arab|Santri Humaniora Hari Up..@khamim_atthohari..081339009093

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Indonesia Negara Fiksi

26 Februari 2019   08:41 Diperbarui: 26 Februari 2019   08:46 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia adalah sebuah negeri dimana peradaban manusia terbesar ada didalamnya,berbagai macam suku bamgsa, budaya, etnis, agama dan keturunan bersatu padu berbaur menjadi satu keluarga besar. Terlepas dari sejarah bahwa Indonesia pernah dijajah oleh belanda, portugis dan jepang memang Indonesia sejak dulunya sudah banyak kelompok pribumi yang tinggal di daerah masing-masing, terpisahnya wilayah antara pulau satu dan yang lainnya yang dipisahkan oleh samudera-samudera yang luas nan panjang, hutannya yang luas menjadikan Indonesia adalah paru-paru dunia,hasil kebun, hasil sawah dan hasil laut yang melimpah ruah menjadikan Indonesia negara sumber pangan dunia. Namum, kebesaran itu yang awalnya dibangun dengan semangat juang para pahlawan  kini telah dikikis habis oleh kemunafikan dan keegoisan manusia tidak bertanggung jawab. Antar suku antar agama mulai terpecah belah, penggunaan alat-alat terlarang atau bahan-bahan terlarang kini semakin marak, pembukaan lahan liar sering terjadi dan impor  masih dilakukan. Padahal kalau kita mau sadar dan bisa berfikir jernih lebih-lebih peduli akan masa depan generasi penerus bangsa dan masa depan Negara Kesatuan Republik Indonesia pasti akan ada jalan keluar dan Padahal kalau melihat potensi sumber daya kita kita bisa mandiri apabila kita bisa mengolahnya sendiri, tapi sayangnya yang terjadi adalah kenyataan jauh dari harapan.

Bagaimana tidak Indonesia dewasa ini terkenal dengan terrorisme, korupsi, suap-menyuap, judi, prostitusi online dan lain sepadannya. Perlu digaris bawahi Dilihat dari segi manapun mainset warga negara ketika membahas Indonesia cenderung terkesan menduduki kategori yang jelek-jelek dan buruk-buruk (tidak seluruhnya). Saya sebenarnya prihatin dengan kemerosotan itu. Saya kira Indonesia menjadi begitu dan akan terus begitu karena krisisnya orang baik. Mereka yang menduduki dan mengepalai system pemerintahan adalah mereka yang kurang menyadari akan eksistensi tuhan. Coba saja kalau mereka percaya akan eksisitensi tuhan pasti si doi ketika mau mengambil hak rakyat dia akan takut, ketika mau bermaksiat dia akan ingat, ketika berada pada jalan yang benar dia tidak akan tersesat.

Berbicara mengenai Indonesia saya terlebih dahulu akan mengulas sedikit dari sedikitnya system pemerintahan dan peradilannya dan saya jadi teringat dengan apa yang dikatakan oleh RG yang mengenai fiksi-fiksi itu. Saya akan mengatakan bahwa  Indonesia adalah negara fiksi, pembuatan pasal yang fiksi, pemberlakuan hukum yang fiksi, janji presiden yang fiksi, sumpah pemuda yang fiksi dan yang saya maksud dengan fiksi disini adalah sebenar-benar fiksi. Saya sebenarnya nggak begitu mentolo dan berani untuk menulis tentang apa yang ada difikiran saya tentang Indonesia mungkin setelah menuliskan ini beberapa hari kedepan saya akan dilapor sana lapor sini dengan tuduhan mencoreng nama baik negara, hadeeeh.. yo owes lah sesok maneh ra kate nulis aku tapi sebenarnya banyak juga pencapaian apik pemerintahan Indonesia dan kebesaran serta keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki oleh negara lain dan itu sudah menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya menjadi jadi warga negara indonesia dan saya harap pembaca mau memaklumi saya yang notabene adalah seorang yang sokn tau dan banyak bacot, hehe..

Saya akan memulai pada pembuatan pasal fiksi dan pemberlakuan hukum yang fiksi, mereka yang mempunyai kewenangan ini akan sangat brutal ketika objek yang bersangkutan dengan hukum adalah orang lain seperti contoh mencuri ayam akan dijatuhi hukuman digebuki massa sampai benjol lalu dipenjara beberapa abad kedepan tapi ketika yang bersangkutan adalah dirinya sendiri mereka akan berubah melankolis dengan hukum yang ringan-ringan seperti mereka yang mengambil uang rakyat digiring dipengadilan lalu dibawa dipenjara dimasukin sell beberapa detik lalu keluar untuk liburan ke bali enak to.? mantep to.?

Yang kedua adalah janji presiden yang fiksi yang keluar lewat mulut licin bagaikan belut  mereka masing-masing yang sekedar mencari dukungan tanpa adanya uasaha mewujudkan dan dan yang saya herankan kenapa setiap musim pemilu atau musim pilpres selalu dibarengi dengan lahirnya para pendukung buta,ya pendukung yang fanatic terhadap pilihannya mereka yang kurang pelajaran akan demokrasi dan  mereka yang telah berjuluk mahabenar timses dengan segala bacotnya. Bukannya saya tidak suka suka amat dengan politik, saya cuma kasihan dengan semboyan "Bhineka tunggal Ika" yang sudah tidak lagi tertanam pada hati, pikiran maupun perasaan mereka lagi. Dimanakah mereka menempatkan itu ? apakah semboyan itu Cuma jadi sekedar pajangan dinding yang tertuliskan di kaki burung garuda yang dipasang diantara gambar presiden ? yaitu..siapa pun yang terpilih pada tgl 17 april besok ya itu wes.

Yang selanjutnya adalah sumpah pemuda yang fiksi. Sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa para pemuda sekarang khususnya, yang melabeli dirinya sebagai generasi millennial lah, kids jaman now lah, atau manusia abad 20 an lah terserah pokoknya yang jadi inti permasalahan adalah mereka sudah tidak lagi menyerap kaidah daripada isi dari sumpah pemuda dan yang miris lagi sekarang doi hanya diperingati dengan upload an story WA masing masing. Memang benar bangsa mereka satu yakni bangsa dunia maya, republic mereka republic twitter provinsi mereka provinsi instagram kota mereka kota youtube kecamatan mereka kecamatan facebook desa mereka maps hahaha,,gk nyambung. tanah air mereka adalah tanah air yang satu tanah air penuh kepecundangan, mereka berbahasa satu bahasa yang mengandung kemunafikan.

Saya kira sudah cukup ulasan yang saya berikan, tulisan ini bertujuan agar pembaca pada umumnya dan saya sendiri khususnya masih mau memperbaiki dan perduli terhadap generasi bangsa yang kelak akan membawa Indonesia lebih baik dengan mempertimbangkan dan melihat serta mengoreksi generasi sebelumnya supaya hal-hal yang tidak diinginkan terulang kembali. Ketika persatuan saja berasal dari perbedaan kenapa  perbedaan tidak bisa disatukan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun