Mohon tunggu...
Khalimahthoyibah
Khalimahthoyibah Mohon Tunggu... Freelancer | Let's to do it, if you can do it

Meluapkan rasa melalui jutaan frasa. Sebab bahasa kata sangat tersirat makna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Qurrota Ayun

20 Oktober 2025   15:46 Diperbarui: 20 Oktober 2025   15:46 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto keluarga by pinterest

 

“Wwaahh udah rame aja nih, kirainaku udah cepet banget datangnya. Rupanya kalian lebih dulu” sapaku pada bestiejaman sekolahan.

“Iya dong Runi, kapan lagi moment reuni gini ada kan? Susah sekarang nih cuma untuk ngumpul kita berempat aja pun” jawab Rena dengan nada sedikit kecewa.

“Hhmm macam mana lagi, sekarang kita udah fokus sama keluarga masing- masing. Ngurus suami, anak dan keluarga” TimpalKeke sembari menyuapi anaknya yang berusia 1 setengah tahun itu makan.

“Apa kabar kamu Aruni? sejakmenikah 6 bulan lalu, aku jarang lihat kamu post story dengan suami. Rumahtangga kalian baik- baik sajakan?”

“Alhamdulillah aku sehat, hubungankami juga baik. Hanya sibuk dengan pekerjaan masing- masing saja”

“Syukurlah jika begitu, jangan menutupi sesuatu dibelakang kami Runi. Kita sudah bersama- sama dari dulu, saling melengkapi satu sama lain” Sahut Rena yang merasa ada sesuatu yang janggal,tapi ia tidak memaksa Runi untuk cerita.

“Terima kasih atas perhatian kalian, aku seneng punya sahabat seperti ini. tapi aku beneran tidak apa- apa kok, kalo ada yang aku butuhkan nanti aku pasti kabari” Jawabku seadanya,belum berpikir untuk berbagi gundah gulanaku

“Ok baiklah, eh buy the waykeponakan aku udah mau nambah belum Runi? Udah lama ni enggak gendong baby”

Deg…!! Pertanyaan yang dilontarkan Silvi cukup menyentakku. Halyang aku hindari tenyata tetap menjadi sorotan untuk mereka, tapi aku berusahategar kali ini.

“Do’akan yang terbaik saja ya, kami juga lagi berusaha” Jawabku dengan tersenyum getir.

“Amiin, semoga dipermudahkan urusan kamu Runi. Aku paham, karena aku juga sibuk ini itu. Butuh effort yang tidak sedikit” Seakan mengerti perasaanku, Silvi menghibur dan mengeluspunggungku dari samping

…….

“Bagaimana reuninya tadi dek? Udah lepas kangennya?” Tanya suamiku saat deep talk.

“Seneng banget mas. apalagi Silvi, Rena dan Keke bawa pasukan masing- masing jadi tambah rame suasananya” Sembaribesandar disebelah suami tercinta.

“Hah? Pasukan apa dek?” Tanyasuamiku heran.

“Anak masing- masing mas, rasanya gemes sendiri lihat tingkah lucu mereka yang sudah aku anggap keponakan itu” Sambilmenatap kosong kearah balkon kamar.

“Sabar ya dek, kita juga lagi usaha. Allah lebih tau kapan malaikat kecil kita akan hadir” Suamiku peka.

“Iya mas, adek tau. Tapi adektetap aja kepikiran kenapa kita belum dikasih amanah, padahal kita udah banyakberbagai cara untuk mendapatkannya”

“Berhusnudzhon aja sayang, mungkinkita disuruh banyak sabar dan tawakkal setelah ikhtiar selama ini”

“Hhmm bagaimana kalo adek resignkerja mas, lebih fokus dirumah dan istirahat. Barangkali adek terlalu capekselama ini.”

“Adek yakin mau melepas karir yangselama ini adek bangun dengan susah payah? Mas boleh aja selama itu yangterbaik menurut adek, dan juga mas mampu menafkahi keluarga kita.”

“Sepertinya ini jalan terbaik mas,dokter juga bilang katanya adek enggak boleh kelelahan. Apalagi adek juga adariwayat vertigo, adek enggak mau egois.”

“Ya udah kalo itu keputusan adek,mas dukung. Kalo adek mau nyari kesibukan lain yang enggak terikat dengan pekerjaan juga boleh, asal tidak lupa dengan kewajiban dan tanggung jawab kamu sebagai istri mas.”

"Iya sayang, makasih banyak hubby" seraya memberi pelukan hangat.

………

Dua bulan setelah resign, Aruni lebih banyak mengisi waktu untukprogram kehamilan dan pola hidup sehat. Kini ia sadar bahwa mulai sekarangprioritasnya ialah membangun keluarga kecil yang harmonis seperti teman-temannya.

“Surprise…!” Aruni menodongsuaminya yang baru pulang kerja dengan alat test pack berwarna dua garis biru.

“Hah? Serius kamu dek?” Meraihbenda kecil di tangan istrinya, lelah badan dan pikiran sepulang bekerja hilangkarena kabar gembira itu. Seketika matanya memerah, ia tak dapat membendungrasa terharunya.

“Kita akan jadi orang tua mas setelah sekian lama menunggu.” Aruni ikut menitikkan air mata bahagianya.

“Terima kasih sayang, terima kasih ya Allah atas karuniaMU.” Memeluk erat dan mencium istrinya.

“Nanti malam kita pergi ke klinikya dek, untuk memastikannya. Sekalian konsultasi untuk ibu hamil.”

“Besok juga enggak apa- apa mas,kamu juga lelah baru pulang kerja.”

“Tidak sayang, mas akan lebihmemperhatikan adek dan calon anak kita tumbuh dengan baik.”

“Terima kasih ya mas. Adekbersyukur banget.”

“Iya, adek kalo butuh sesuatubilang sama mas ya. Insyaallah mas akan penuhi, jangan diam saja.”

“Iya sayang iya. Kok jadi cerewetsih mas, perasaan yang hamil istri kamu.”

“Bagaimanapun ini pengalamanpertama kita jadi orang tua. Makanya harus usahakan yang terbaik dek, semogazuriyat ini akan menjadi qurrota a’yun untuk keluarga kecil kita.”

“Aammiin allahumma aammiinn….adek seneng banget mas, Penantian kita selama ini sudah di jawab Allah"

"Itulah dek, Allah tidak pernah mengingkari janjinya. Setelah doa dan ikhtiar kita lakukan, tiba saatnya hal indah itu akan datang"

... finish ..

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun