Mohon tunggu...
EmCholed
EmCholed Mohon Tunggu... -

Beraktivitas sebagai pengrajin Batik sekaligus 'kuli keceh' | Biasanya menulis curhat di separowae.com | Tinggal di Pekalongan Jawa Tengah bersama Bapak dan Emak.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ruang Terbuka Hijau Media Sosial untuk Menciptakan Harmonisme Keluarga

8 Agustus 2017   23:23 Diperbarui: 8 Agustus 2017   23:37 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejauh ini, saya berpandangan ada dua alasan yang menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Pertama, perempuan yang sering membagikan foto-foto dirinya dengan gaya "seksi", menjadi alasan mengapa para lelaki yang berada dalam lingkaran pertemanan di media sosialnya "tertarik untuk mengganggu". Kedua, ada cacat pikir kaum lelaki yang terhadap perempuan, ia hanya memandangnya secara seksual, memandang dengan otak penuh syahwat.

Dalam kasus tadi, setelah saya amati lagi, rupanya perempuan penulis status ini memang sering mengunggah foto-foto dirinya dengan pakaian seksi. Saya tak setuju begitu saja kalau ini dijadikan alasan para lelaki untuk bebas mengajaknya berselingkuh. Ini tentu sebuah pola pikir kacau. Seharusnya, di samping kita berusaha mengajarkan perempuan untuk berpakaian tertutup, kita juga mengampanyekan kepada kaum lelaki untuk menutup pikirannya dari hal-hal negatif urusan syahwat. Seharusnya, selain kita ajarkan kepada anak-anak perempuan kita untuk berpakaian tertutup (dalam islam sering disebut "syar'i"), kita juga harus mengajarkan kepada anak-anak lelaki kita untuk tidak memiliki pikiran negatif yang menjurus pada persoalan seksual semata.

Lalu, apakah bermedia sosial model demikian ada pengaruhnya terhadap keutuhan keluarga? Tentu saja ada. Jika perempuan yang "diganggu" tadi kemudian suaminya tahu, apakah sang suami akan diam saja, tenang dan merasa bahagia? Ataukah merasa terganggu atau bahkan marah? Saya kira jika sang suami ini memiliki spirit membangun keluarga yang rahmah, mawaddah dan sakinah, tentu ia akan terganggu atau setidaknya tak mungkin merasa bahagia.

Di sinilah saya mengira media sosial bisa dimanfaatkan untuk menjaga keutuhan keluarga, yang harapannya kemudian, dengan keluarga yang utuh, kita dapat saling bahu-membahu membangun bangsa yang bermartabat.

Media sosial harus kita manfaatkan untuk menciptakan keluarga yang harmonis, yang jauh dari hingar bingar kekejian hubungan tak sehat yang salah satunya bisa terjadi melalui media sosial. Media sosial harus menciptakan "ruang terbuka hijau" virtual dalam beranda facebook kita, ruang keluarga dalam timeline twitter kita, dan seterusnya.

Lalu, bagaimanakah caranya agar kita mampu bermedia sosial dengan sehat agar nyaman bagi keluarga kita? Berikut langkah-langkah yang bisa kita ambil:


1. Jangan berteman dengan orang-orang yang tidak kita kenali benar-benar. Ini bukan berarti kita harus menutup diri dari perkenalan dengan orang-orang baru. Tapi setidaknya, sebelum kita klik tombol "tambahkan teman" atau "follow", ada baiknya kita teliti dahulu bagaimana perilaku orang tersebut di media sosial. Adakah kemanfaatan yang dapat kita ambil darinya ataukah tidak.

2. Sortir daftar teman. Ini juga penting. Meskipun ada orang yang di dunia nyata kita kenali baik-baik, tetapi jika di media sosial ia justru sering membagikan konten negatif, ada baiknya kita hentikan pertemanan di media sosial. Persoalan mengenai hubungan di dunia nyata, itu bisa diatur dengan tetap berusaha berlaku baik.

3. Ajak teman-teman, di media sosial terutama, untuk berkampanye tentang keluarga sehat, keluarga harmonis. Bagaimana bentuknya? Yaitu bisa dengan saling membagikan doa pada teman-teman media sosial kita. Atau saling berbagi konten positif agar teman-teman kita ikut melihat atau membacanya.

Mari, bersama-sama kita ciptakan ruang yang sehat di media sosial demi menjaga keutuhan keluarga kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun