Mohon tunggu...
Khairunnisa Musari
Khairunnisa Musari Mohon Tunggu... lainnya -

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) mampu menembus jutaan kepala" - Sayyid Quthb. Untuk artikel 'serius', sila mampir ke khairunnisamusari.blogspot.com dan/atau http://www.scribd.com/Khairunnisa%20Musari...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lulusan Australia, Memimpin Akademisi dan Praktisi Jawa Timur Membumikan Ekonomi Syariah

13 Maret 2017   23:35 Diperbarui: 18 Maret 2017   22:00 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya bukannya sedang kelebihan waktu luang untuk menuliskan ini. Dua pekan yang penuh tekanan, deadline, dan sejumlah ujian perasaan, membuat saya lelah pikir dan hati. Tetapi, saya merasa penting untuk menuliskan ini. Malam ini, disela-sela menyusun diktat sebagai prasyarat di tempat kerja, disela-sela menyusun list undangan dan berkoordinasi dengan otoritas dan Jakarta, disela-sela menemani 2N belajar dan mengawasi N5 bermain dan menggendongnya, semoga tulisan ini dapat memperkenalkan sisi lain Pak Calon Ketua Umum organisasi baru kami kepada para anggota... Dan juga kepada mereka yang tak berkenan dengannya... yang mungkin karena belum mengenal beliau... Tentang mengapa saya (dan Tim Formatur lainnya) jatuh hati kepada beliau... Juga tulisan ini untuk bisa memberi gambaran bagaimana proses yang terjadi dalam musyawarah kami untuk menyusun kepengurusan... Juga, sekaligus curahan hati saya...

==============

Ketika nama beliau masuk dalam usulan kandidat Ketua Umum untuk Jawa Timur, segera saya luangkan untuk googling mencari tahu tentang beliau. Sejumlah keywords penting sudah terpetakan untuk mengidentifikasi siapa beliau. Profesor termuda di kampusnya... Ketua Dewan Pendidikan di Jawa Timur... Sekretaris sebuah ormas besar di Jawa Timur... Lulusan Australia... Dan salah satu koran terbesar di negeri ini pernah memuat profil beliau dengan sebutan ‘Pakar terorisme’...

Masuk ke web kampusnya, akhirnya saya menemukan nama beliau tanpa kesulitan. Posisi tertinggi di dua fakultas sudah menyiratkan bahwa beliau memiliki kapasitas keilmuan. Deretan panjang gelarnya yang bahkan melampaui namanya sendiri itu cukup membuat gentar hati. Sejumlah artikel dan paper mengindikasikan bahwa beliau dosen produktif dalam menghasilkan karya-karya...

Meski sejumlah kedudukan strategis disandangnya, ternyata beliau tetap rendah hati. Tingginya ilmu tak membuatnya jumawa. Kesantunan begitu mewarnanya. Bahkan ia sempat galau ketika dipinang untuk menjadi Ketua Umum... 

AM: Ibu. Saya ini by training sosiologi. Secara formal tidak ahli ekonomi syariah. Apa tidak ditimbang ulang untuk posisi ketua pada yang lain? Ada yang lebih'alim. Pangapunten.

Saya: Pak... Bapak kan tidak minta jabatan. Beberapa japri saya dan memberi argumen mengapa mendukung usulan untuk Bapak menjadi Ketua... Jadiini amanah... Pak, pendidikan saya ini Teknik Industri. Belakangan baru belajar Ilmu Ekonomi Islam. Saya sampai hari ini juga teruuuuuuus belajar karena saya tidak punya dasar-dasar keilmuan tersebut dan semakin banyak belajar ternyata semakin banyak yang saya ternyata tidak mengerti apa-apa... Semua orang punya kekurangan... Dan ternyata, belajar juga dari pemikir ekonomi Islam di masa lalu, hampir semuanya bukan berlatar belakang ekonomi Islam... Pak, Bapak Sosiologi Islam dan Ekonomi Islam itu sama lho, sama-sama Ibnu Khaldun... Di Turki, kampus-kampus yang rajin menyelenggarakan konferensi ekonomi dan keuangan Islam itu justru FISIP, bukan FEB... Jadi... Mohon berkenan dan ikhlas ya, Pak...

===============

Ya, tidak hanya beliau. Nama-nama hasil mufakat yang masuk dalam badan pengurus harian pada organisasi baru di Jawa Timur ternyata banyak yang galau. Galau karena merasa tak pantas. Saya yang juga semula hendak mengurus Jember saja, ternyata terseret ke Jawa Timur karena Calon Sekjen yang diharapkan dapat mem-back up Pak Ketua Umum ‘mengancam’ tidak mau juga masuk di kepengurusan Jawa Timur bila saya tidak bergabung. Padahal, dari Tim Formatur yang mendapat mandat dari Jakarta, hanya beliau satu-satunya yang cukup mengenal baik Pak Ketua Umum. Walhasil, saya masuk dalam kepengurusan, namun saya mengajukan formasi bukan di badan pengurus harian. Lagi-lagi jurus ‘mengancam’ Kandidat Pak Sekjen cukup ampuh membuat saya luluh... Eitsss, luluh bukan karena merasa tersanjung. Beliau sudah saya anggap guru, sahabat, bahkan seperti orangtua saya sendiri. Meski saya sibuk, saya tidak bisa menolak permintaan beliau. Terlebih lagi jika hal tersebut berurusan dengan orang banyak...   

“Jenengan harus masuk ke sekretaris. Kalau bisa menggantikan saya. Sedang saya ditaruh di mana saja dah... Jenengan WAJIB di sekretaris. Motor organisasi itu sekretaris, ketua hanya setir. WAJIB DI SEKRETARIS. Kalau Nyai belum kenal dengan beliau, maka kita berdua yang di sekretaris. Please!” pesan beliau di WA. Pesan senada berulang terus dikirimkan untuk memastikan bahwa saya bersedia menjadi wakil sekretaris.

Ketika menghadiri rapat kecil, WA dari Pak Mantan Ketua Umum saya di Besuki Raya ini saya ceritakan kepada kolega lain. Saya bilang kalau Pak Mantan Ketua Umum ini meminta saya menjadi wakil sekretaris karena 1 alasannya, yaitu agar ada yang bisa disuruh-suruh. Pak Mantan Ketua Umum yang juga hadir mendengarkan kemudian tersenyum sembari berseloroh, “Ya, kalau Bu Nyai tidak jadi wakil sekretaris, nanti kalau saya minta tolong-minta tolong, Bu Nyai pasti ngomongnya ‘Kok saya yang disuruh? Saya kan bukan sekretaris’. Gimana kalau kayak gitu...”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun