Mohon tunggu...
Khairi Wardi
Khairi Wardi Mohon Tunggu... Human Resources - Professional Trainer

Professional Trainer Ilmuan Psikologi dan Praktisi HRD

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

Hati-hati Menuntut Anak Berprestasi

25 Desember 2012   16:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:03 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1356452487737133483

Hati-hati Menuntut  Anak Berprestasi

[caption id="attachment_223826" align="aligncenter" width="414" caption="ilustrasi: www.mobile.seru.com"][/caption]

Melihat anak kita berprestasi adalah hal yang sangat menyenangkan, dan membanggakan orang tua, tidak jarang kita menceritakan kepada tetangga atau sanak saudara bahwa anak kita telah berhasil meraih prestasi membanggakan, hal ini merupakan suatu yang wajar dan normal, namun apa jadinya kalau anak justru tidak berprestasi dan sering menyendiri sehingga tidak pernah mau tampil ikut lomba, dengan alasan “malu atau minder”, maka orang tua akan merasa kesal atau malah malu kalau diketahui oleh tetangganya bahwa anaknya tidak berprestasi, dan yang menjadi korban kemarahan orang tua adalah menuntut anaknya untuk harus tampil berbagai macam lomba, serta di kelas harus mendapat rangkin minimal 10 besar, kalau tidak berhasil berarti telah mengecewakan orang tua, dan kemudian anak dibanding-bandingkan dengan anak lain, mungkin dalam hal ini orang tua bermaksud bagus, supaya anak menjadi lebih giat dalam belajar, tetapi yang perlu diingat, bahwa setiap anak mempunyai bakat dan potensi yang berbeda-beda, kita tidak bisa menyamakan atau membandingkan anak yang satu dengan yang lain.

Masalah yang timbul apabila kita membandingkan anak yang satu dengan yang lainnya, dia akan merasa minder, tidak sebaik anak yang lain, sehingga potensi tersembunyi dalam diri anak akan terpendam, apalagi kalau anak dibandingkan dengan saudara kandungnya minsalnya adiknya atau kakaknya, makan dia akan merasa bahwa saudarnya lebih baik darinya dan lebih dicintai dari pada dia, dan akan terajadi cembur sosial, sehingga sibling rivalry tidak dapat dihindarkan, dimana dia dengan saudarnya selalu bertengkar dan menganggap saudaranya sebagai saingannya, dan perkelahian tidak dapat dihindarkan.

Selain pertengkaran antara saudara, kalau anak sering dituntut untuk selalu berprestasi, ada beban psikologis yang ditanggung bahwa ia selalu merasa gagal dan malu apabila tidak mendapat prestasi, karena kalau dia sampai di rumah, orang tua juga akan memarahinya, sehingga tidak jarang anak takut pulang kalau tidak menang, atau bahkan seharian mengurung diri di kamar, hal ini sangat dikhawatirkan apabila anak tersebut mengalami stress, bisa sampai bunuh diri, jangan sampai hal tersebut terjadi.

Menghargai bakat anak, adalah salah satu cara untuk membangun kepercayaan dirinya, sehingga dia merasa dihargai, dan apapun hasilnya tetap diapresiasi, sehingga dari umpan balik yang baik tersebut, dia akan semakin terpacu dalam mengerjakan apa yang diinginkan dengan maksimal, kalau dia belum berhasil dan jauh dari harapan, orang tua memberikan arahan dan dukungan positif. Jangan sampai keceriaan dan semnagat anak ternggut, gara-gara kita terlalu banyak menuntutnya untuk selalu menjadi yang terbaik, apalagi sampai memukulnya serta memarahinya di depan umum, hal tersebut sangat memalukan bagi anak, bukannya tambah berprestasi, justru mereka tidak care lagi dengan orang tua, merasa benci dan tidak nyaman. Peran lingkungan keluarga yang nyaman sangat menentukan keberhasilan anak kedepan.

Semoga ulasan ini bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun