Mohon tunggu...
khairi daffa
khairi daffa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sedang berusaha menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Permasalahan Gen Milenial dan Kesehatan Mental

21 Juni 2022   14:10 Diperbarui: 21 Juni 2022   14:17 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

"Healing" menjadi satu kata yang tidak bisa luput dari generasi milenial, katanya jangan kerja melulu nanti bisa tifus. Tapi, kata "healing" sendiri menjadi Bahasa popular yang digunakan oleh semua orang yang memiliki arti sebagai penyembuhan atau pengobatan. 

Bukan hanya tentang penyakit saja, tapi juga penyembuhan psikologis jiwa, perasaan, batin, dan pikiran pada seseorang. Healing erat kaitannya dengan kesehatan mental yang saat ini menjadi topik pembicaraan utama pada setiap laman berita. 

Hal ini dikarenakan menurut riset kesehatan dasar tahun 2018 memaparkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala seperi kecemasan dan depresi pada rentang usia diatas 15 tahun mencapai   6,1%  dari  total populasi Indonesia atau sama dengan 11 juta orang.

Kesehatan jiwa atau mental adalah kondisi dimana individu seseorang dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri, dapat menghadapi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi terhadap lingkungannya. 

Pada suatu penelitian yang dilakukan Feng, et all (2022) perempuan cenderung mengalami masalah kesehatan mental yang lebih buruk dikarenakan banyaknya tuntutan di tempat kerja dan juga keluarga. 

Penelitian ini dikaitkan dengan ruang terbuka atau green space yang sangat berpengaruh pada penurunan skor kesehatan mental. Namun, bukan berarti kesehatan mental pria tidak begitu penting, hasil penelitian tersebut tidak bisa disamakan antar individunya.

Kesehatan mental erat kaitannya juga dengan life style yang dijalankan oleh millennials, sosial media menjadi panutan untuk menjalankan rutinitas. Dimulai dari mencari referensi cara berpakaian, membagikan keseharian, bergaul dengan relasi, hingga menjadikan seseorang panutan. 

Namun hal negative dari sosial media sendiri adalah munculnya pikiran membandingkan kehidupan mereka dengan orang-orang yang juga memposting kehidupan "gambar sempurna" mereka. 

Terus-menerus membandingkan diri sendiri dengan orang lain merupakan hal yang menakutkan. Membuat seseorang tidak focus dengan tujuannya dan menjadikan orang lain menjadi tolak ukur kesuksesan. Hal ini sangat mempengaruhi kesehatan mental terutama pada hal kepercayaan pada diri sendiri.

Krisis kepercayaan diri merupakan perilaku membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Tentu boleh memiliki figur atau melihat orang lain yang lebih berpengalaman / memiliki kehidupan yang lebih baik. 

Namun sebaiknya tidak dijadikan beban dalam diri sendiri sehingga kita selalu merasa lebih rendah atau kurang berpengalaman dibanding yang lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun