Mohon tunggu...
Khaira Destania Kusman
Khaira Destania Kusman Mohon Tunggu... Mahasiswa - kamu pasti baik-baik saja

Mahasiswa yang berusaha aktif

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sisi New Media dan Budaya pada Kasus Penipuan Tren "Add Yours" Instagram

10 Desember 2021   17:23 Diperbarui: 10 Desember 2021   17:27 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : instagram.com/khnia_sfty09

Tahu kah Anda bahwa kita sekarang ini selain era globalisasi kita juga sedang hidup di era yang disebut Era New Media? New Media sendiri menurut Mcquails (2011, h. 3) didefinisikan sebagai media yang berbasis internet, berbasis teknologi secara online, fleksibel, memiliki potensi interaktif, dan dapat diatur sebagai privat ataupun publik. Dimana di zaman ini kebanyakan media yang kita gunakan adalah media yang terhubung dalam jaringan seperti yang telah dijelaskan Mcquails tadi. Hal tersebut karena kita sebagai manusia lebih menyukai hal yang praktis dan menyenangkan seperti yang ditawarkan oleh New Media atau Media Baru tersebut.

Dalam segi penggunaannya, new media sendiri banyak digandrungi karena memang memiliki banyak manfaat, seperti mempermudah kita dalam berkomunikasi, mendapatkan informasi, mengembangkan pengetahuan, menghibur, dan lain-lain. Namun tentu jika penggunaannya tidak dibarengi dengan pembatasan dan sikap kritis, dampak negatifnya juga dapat menyerang kita. Dampak tersebut seperti mudahnya kebudayaan luar masuk ke Indonesia, maraknya cyber bullying, penipuan online, maraknya penyebaran hoax, dan lain-lain.

Terdapat salah satu kasus yang diberitakan oleh finance.detik.com  terkait salah satu tren yang marak pada media sosial Instagram akhir-akhir ini, yaitu "Add Yours" telah menyebabkan tindakan penipuan. Hal tersebut karena pada fitur tersebut kita sering diarahkan untuk menyampaikan hal-hal terkait diri kiTa, mulai dari makanan kesukaan, film kesukaan, nama panggilan, yang dimana ternyata memberikan kesempatan bagi seseorang untuk mendapatkan informasi pribadi sang pengguna seperti alamat, tempat lahir, dan lain-lain .

Didalam berita tersebut disampaikan bahwa penipu meminta tolong korban untuk mentransfer uang pada rekening tertentu. Dimana korban yakin dan terbujuk karena sang penipu memanggil dengan sebutan masa kecil korban sehingga korban pun yakin. Informasi terkait nama panggilan korban didapat karena korban pernah mengikuti tren "Add Yours" yang mengarahkan korban untuk memberitahu nama-nama panggilan korban. Kasus tersebut viral di Twitter dengan retweet sebanyak 16.100 kali, komentar berjumlah 4.465, dan jumlah suka 30.300 orang.

Dari kasus tersebut dapat dilihat bahwa new media penggunaan new media yang praktis dan menghibur ternyata juga memberikan dampak negative jika kita kurang selektif dan kritis, terutama dalam kasus ini adalah bahwa kita harus selektif dalam mengikuti tren yang ada. Namun dibalik itu melalui kasus tersebut kita juga dapat melihat kegunaan penggunaan new media, yaitu dari segi penyebaran informasi dan pengetahuan. Dimana melalui postingan Twitter tersebut, terdapat edukasi dan imbauan bagi para masyarakat untuk lebih hati-hati mengikuti tren sehingga mengurangi dampak dari new media.

Dibalik itu terdapat, konteks komunikasi antar budaya dalam kasus tersebut yang juga dapat kita pelajari. Salah satunya yaitu pengaruh new media dalam membentuk kebudayaan atau memudarkan kebudayaan. Melalui kasus tersebut kita dapat melihat bahwa tren-tren yang muncul ternyata dapat membujuk seseorang untuk membentuk kebudayaan secara tidak langsung. Dalam tren "Add Yours" oleh Instagram ini, jika kita lihat lebih jauh bisa saja mengarahkan seseorang melakukan budaya pamer karena fiturnya bermaksud menunjukkan sesuatu pada publik. Dimana tentu secara tidak langsung budaya pamer tersebut dapat terbentuk dan menyelimuti masyarakat, namun hal tersebut tentu dapat dibendung jika kita tahu akan batasan dalam mengikuti tren.

Selain itu, melalui pemberitaan kasus tersebut kita juga dapat melihat bahwa setiap orang memiliki masing-masing cara yang di dasari oleh budaya masing-masing dalam melihat kasus tersebut. Dimana seperti yang telah dilansir oleh finance.detik.com bahwa respon netizen ada yang sangat menentang dan ada yang memperbolehkan tren tersebut untuk diikuti namun harus berhati-hati. Dimana perbedaan perspektif tersebut merupakan hal yang didasari oleh budaya yang dipelajari oleh masing-masing individu didalam lingkungannya yang menunjukkan bahwa setiap orang memiliki identitas budayanya masing-masing dalam menghadapi masalah tersebut.

Akhir kata, melalui kasus tersebut marilah kita lebih selektif dan kritis dalam menghadapi era new media saat ini. Hal tersebut karena new media juga memiliki dampak negatif dibalik kepraktisannya sehingga perlu bagi kita berhati-hati untuk menghindari kasus-kasus serupa seperti kasus yang telah dijabarkan di atas. Sebaliknya kita harus membuat new media dapat memberikan banyak dampak negatif sehingga dapat memajukan dunia terutama Indonesia. Tetap semangat dan tetap berhati-hati teman-teman!

Referensi :

Laurecereno, S., F. (2021). Viral! Ada Korban Penipuan Berawal dari Ikut Tren 'Add Yours' di Instagram. Di akses pada 10 Desember 2021 pukul 12.00, melalui
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5823333/viral-ada-korban-penipuan-berawal-dari-ikut-tren-add-yours-di-instagram.

McQuail, Denis. (2011). Teori Komunikasi Massa McQuail, Edisi 6 Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun