Mohon tunggu...
Khafif Al Khakim
Khafif Al Khakim Mohon Tunggu... Fresh Graduate

Saya merupakan fresh graduate jurusan komunikasi dari Universitas Indonesia dengan dengan IPK 3.90. Selama 4 tahun kuliah, saya aktif berorganisasi. Selain itu, saya punya pengalaman magang sebagai penulis konten di salah satu perusahaan media online besar di Indonesia. Saya memiliki passion untuk bekerja di perusahaan media online atau TV. Saat ini, saya sangat tertarik untuk mendapatkan pengalaman dalam bidang jurnalis dan pemasaran digital.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merti Dusun, Dusun Watugandu, Desa Jubelan, Kecamatan Sumowono 2025 yang Meriah dan Penuh Khidmat

9 September 2025   11:00 Diperbarui: 9 September 2025   10:53 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi acara kegiatan 

Sumowono, kembali menjadi pusat perhatian dengan digelarnya Merti Dusun 2025, sebuah tradisi tahunan yang penuh makna religius, sosial, dan budaya. Acara yang telah menjadi bagian penting dari identitas masyarakat Watugandu ini tidak sekadar dirayakan sebagai pesta rakyat, tetapi juga sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat, keselamatan, serta rezeki yang telah diberikan sepanjang tahun.

Rangkaian acara Merti Dusun diawali dengan bersih makam yang dilakukan secara gotong royong oleh warga. Kegiatan ini bukan hanya untuk menjaga kebersihan area pemakaman, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur yang telah berjasa bagi dusun. Setelah kegiatan bersih makam, warga melanjutkan dengan maqoman atau tahlilan di makam, mendoakan arwah para pendahulu agar mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT. Tradisi ini mencerminkan nilai spiritual yang kuat, sekaligus mengingatkan warga akan pentingnya mendoakan dan menghormati generasi terdahulu.

Dokumentasi kegiatan acara (source: dokumentasi acara)
Dokumentasi kegiatan acara (source: dokumentasi acara)

Rangkaian kegiatan dimulai pada Selasa, 26 Agustus 2025, dengan penyelenggaraan slametan atau metokan yang digelar selepas sholat Dzuhur. Tradisi ini merupakan bentuk doa bersama, di mana masyarakat berkumpul, membawa tumpeng dan beraneka hidangan sederhana untuk dimakan bersama-sama. Metokan tidak hanya dimaknai sebagai ritual adat, tetapi juga menjadi wujud nyata solidaritas, kebersamaan, dan doa agar Dusun Watugandu senantiasa diberi keberkahan, ketentraman, serta dijauhkan dari mara bahaya.

Dokumentasi acara kegiatan (source: dokumentasi acara)
Dokumentasi acara kegiatan (source: dokumentasi acara)

Dokumentasi acara kegiatan (source: dokumentasi acara)
Dokumentasi acara kegiatan (source: dokumentasi acara)

Keesokan harinya, Rabu, 27 Agustus 2025, masyarakat kembali berkumpul di lapangan untuk menghadiri pengajian akbar. Ribuan warga tampak antusias mengikuti tausiyah dari para alim ulama yang mengingatkan pentingnya menjaga persaudaraan, meningkatkan keimanan, dan meneladani akhlak Rasulullah SAW. Suasana religius semakin terasa ketika malam harinya digelar sholawat bersama di lapangan yang sama. Alunan sholawat yang merdu, dipadu dengan rasa kebersamaan yang kuat, menjadikan malam itu penuh kehangatan, keteduhan, serta membawa semangat spiritual yang mendalam bagi seluruh masyarakat.

Dokumentasi acara kegiatan 
Dokumentasi acara kegiatan 

Dokumentasi acara kegiatan (source: dokumentasi acara)
Dokumentasi acara kegiatan (source: dokumentasi acara)

Kemudian, pada Minggu, 31 Agustus 2025, Merti Dusun Watugandu mencapai puncaknya dengan jalan santai atau jalan sehat yang diikuti seluruh warga dari berbagai kalangan, mulai anak-anak, pemuda, hingga orang tua. Jalan santai atau jalan sehat ini bukan sekadar olahraga bersama, tetapi juga menjadi simbol semangat kebersamaan dan kegembiraan masyarakat yang guyub rukun. Selepas itu, warga disuguhkan dengan penampilan kesenian tradisional Reog, sebuah pertunjukan budaya yang penuh daya tarik, menyajikan keindahan seni, kekuatan fisik, dan nilai filosofis yang telah diwariskan turun-temurun. Penampilan Reog ini menjadi hiburan sekaligus pengingat pentingnya melestarikan warisan budaya lokal di tengah gempuran modernisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun