Mohon tunggu...
Khadeejannisa
Khadeejannisa Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

بسم الله Menulis adl caraku berbagi dan bercerita

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Efek Nonton Film Horor bagi Anak

9 Agustus 2022   21:16 Diperbarui: 9 Agustus 2022   21:44 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.com

Masih hangat dibicarakan film "KKN di Desa Penari" besutan sutradara Awi Suryadi yang membukukan hingga lebih dari 9,2 juta penonton. Masyarakat Indonesia memang sangat tertarik dengan hal-hal berbau mistis, mitos, dan dunia uka-uka. 

Film horror, podcast misteri dan konten sejenis selalu laris manis karena bagi sebagian orang dianggap dapat meningkatkan semangat dan memicu adrenalin. Namun bagaimana dengan anak-anak? Bagaimanakah efek psikologisnya terhadap perkembangan anak-anak?

Bukankah anak bisa merekam peristiwa apapun, ingatan bahagia ataupun luka. Tak ada yang bisa memastikan apakah ingatan itu akan terlupakan secepatnya atau terekam selamanya? Sebagian kenangan dan berbagai kejadian di masa kecil bukan tidak mungkin akan mengendap di dalam ingatan. 

Kenangan masa kecil juga bisa memengaruhi karakter anak. Prinsip-prinsip yang kita pegang saat dewasa pun bisa jadi dipengaruhi oleh hal-hal yang kita alami saat masih kecil. Yang kita alami saat kecil akan membentuk kehidupan kita hingga dewasa. Kenangan masa kecil turut berperan yang menjadikan diri kita saat ini.

Apakah seorang anak menjadi penakut akibat sering nonton film horror? Sekuat itukah pengaruh buruknya berdampak pada perkembangan anak? 

Ada beberapa penyebab diantaranya karena trauma atau terbiasa ditakut-takuti. Bisa juga karena mereka meniru perilaku mama-papa atau karena merasa tidak nyaman di lingkungannya sendiri. 

Memang pada beberapa anak atau di usia tertentu, mereka dapat membedakan antara fiksi dan dunia nyata. Namun aktifitas menonton film horror memungkinkan untuk mempengaruhi kesehatan mental si anak, diantaranya

Berjuang dengan Kenyataan

Dr. Joanne Cantor, professor of communication arts dia Universitas Wisconsin dan Dr. Kristen Harrison, professor of communication studies di Universitas Michigan mengumumkan penelitian bahwasannya "anak-anak yang tidak intens menonton tayangan horror tapi bergaul dengan anak lain yang hobi nonton beresiko menjadi penakut" termasuk khawatir berlebihan, tidak bisa mengendalikan ketakutan dan berimajinasi. Inilah pentingnya untuk memberikan pemahaman pada anak tentang perbedaan film dan dunia

Gangguan Kesehatan Mental
Dr. Daniel S. Schechter, psikiater anak pada American Academy of Child & Adolescent Psychiatry conference mengungkapkan bahwa anak yang menonton film horror lebih berpotensi mengalami kecemasan, susah tidur dan perilaku berbahaya lain. Perlunya mengawasi tontonan anak dapat membantu menjaga kesehatan mental si kecil

Lebih Agresif
Anak cenderung mengadopsi perilaku orang lain. Misalnya menirukan tarian lincah dan tingkah konyol yang ditonton di saluran TV kesayangannya. Namun hal ini tidak lucu jika diterapkan pada tayangan horror. Misalnya anak yang menonton adegan bisa menghilang di film, maka ia akan sulit menerima ketika tidak bisa melakukannya di dunia nyata

Lekang Dalam Ingatan
Mungkin anak akan reflek menutup mata dan bersembunyi dibelakang kursi ketika menyaksikan adegan menyeramkan. Namun tetap merasakan gejolak dalam dirinya. 

Setelah nonton anak bisa merasa was-was, terbayang-bayang, mual dan bahkan menangis saking takutnya. Orangtua seharusnya bisa memilih tayangan mana yang layak atau tidak layak untuk ditonton oleh sang buah hati.

Adopsi Tayangan
Efek negatif lain akibat menonton film horror adalah anak bisa mengadopsi perbuatan buruk yang mereka lihat dalam tayangan. Adegan kekerasan dan berdarah-darah yang disaksikan bisa menjadi contoh. Anak bisa saja berpikir bahwa untuk menyelesaikan masalah bleh dengan cara kekerasan seperti yang pernah mereka saksikan.

Mati Rasa
Dr. Brad Bushman, psikolog sosial di University of Ohio mengatakan "menonton tayangan kekerasan bisa mengurangi tingkat kepekaan sosial seseorang". Mereka bisa tumbuh menjadi anak pemarah dan acuh dengan lingkungan sekitar.

Mutlak
Dr. Michelle Garrison, principal investigator at Seattle Children's Research Institute Center for Child Health, Behavior and Development mengemukakan "jika anak memandang dirinya adalah orang baik dan orang yang menyangkal sebaliknya kan dicap sebagi orang jahat". Tokoh-tokoh yang dikagumi pada tayangan film bisa menjadi panutan dalam pembentukan karakter anak hingga dewasa.

Itulah mengapa sebagai orang tua kita wajib mendampingi dan menyeleksi tontonan apa yang baik untuk anak-anak. Pentingnya untuk lebih bijak dalam mengawasi dan membatasi tontonan yang layak. Karena sekali saja hal-hal tersebut terekam dalam ingatan, maka akan sulit bagi mereka untuk menghapusnya dari ingatan dan akan lekat menjadi kenangan sepanjang masa. *deeja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun