Dalam era modern yang serba cepat dan pragmatis, pendidikan sering kali dipandang sekadar sebagai sarana untuk memperoleh pekerjaan atau status sosial. Sekolah dan universitas berlomba-lomba mencetak lulusan yang "siap kerja", sementara nilai-nilai moral, kemanusiaan, dan pembentukan karakter kerap terpinggirkan. Padahal, hakikat pendidikan sejati bukan hanya membentuk manusia yang cerdas secara intelektual, melainkan juga manusia yang utuh --- memiliki kebijaksanaan, nilai, dan kesadaran diri.
Dalam konteks inilah idealisme sebagai aliran filsafat pendidikan perlu dikaji kembali. Idealisme bukan sekadar pandangan filosofis kuno, melainkan fondasi pemikiran yang menempatkan ide, nilai, dan kesempurnaan batin sebagai pusat dari proses pendidikan. Tokoh-tokoh seperti Plato, Hegel, dan Immanuel Kant percaya bahwa realitas tertinggi bukanlah dunia fisik, melainkan dunia ide --- tempat nilai-nilai kebenaran, keindahan, dan kebaikan sejati bersemayam.
Tulisan ini akan membahas secara populer bagaimana idealisme memandang pendidikan, apa implikasinya dalam dunia pendidikan modern, dan bagaimana pendidik masa kini dapat mengambil nilai-nilai idealisme tanpa terjebak pada dogma klasik. Sebab, di tengah arus materialisme dan pragmatisme, pendidikan memerlukan sentuhan filosofi yang menuntun arah dan maknanya.
Pembahasan
1. Idealisme: Filsafat yang Menempatkan Pikiran di Atas Segalanya
Idealisme berangkat dari keyakinan bahwa realitas sejati tidak terletak pada benda fisik, tetapi pada ide, nilai, dan kesadaran. Dalam pandangan Plato, dunia yang kita lihat hanyalah bayangan dari dunia ide. Ia menggambarkan manusia seperti orang yang terkurung dalam gua --- hanya mampu melihat bayangan realitas sejati yang sebenarnya lebih tinggi dan sempurna.
Dalam pendidikan, pandangan ini mengandung makna bahwa proses belajar adalah perjalanan menuju penemuan kebenaran sejati yang sudah ada dalam diri manusia. Guru bukan sekadar pemberi informasi, tetapi penuntun jiwa agar peserta didik menemukan kebijaksanaan yang telah tersembunyi dalam pikirannya. Dengan kata lain, pendidikan adalah proses "mengingat" (anamnesis) --- mengingat kebenaran yang sudah ada di dalam jiwa.
Tokoh-tokoh modern seperti Kant dan Hegel juga menekankan hal serupa. Kant menyebut bahwa manusia adalah makhluk rasional yang memiliki akal budi praktis, yaitu kemampuan untuk menimbang moral dan kebenaran. Sementara Hegel menilai pendidikan sebagai proses dialektika roh --- perkembangan kesadaran menuju kebebasan dan kesempurnaan.
2. Tujuan Pendidikan dalam Pandangan Idealisme
Bagi kaum idealis, tujuan tertinggi pendidikan bukanlah sekadar keterampilan atau efisiensi kerja, melainkan pembentukan karakter dan moralitas. Pendidikan harus menuntun peserta didik menjadi manusia yang sadar akan nilai-nilai kebenaran, keindahan, dan kebaikan (truth, beauty, and goodness).
Plato menyebutkan tiga aspek penting dalam pendidikan idealis: