Mohon tunggu...
Kezia Artanauli Purba
Kezia Artanauli Purba Mohon Tunggu... Teacher

I am a biology teacher who truly enjoys my profession. I take great pleasure in keeping myself updated with ongoing developments and the evolving teaching methods, while ensuring that every approach remains aligned with established educational values and norms

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mewariskan Harmoni Bali: Tri Hita Karana dalam Tata Ruang dan Pendidikan

29 September 2025   08:58 Diperbarui: 29 September 2025   08:58 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diskusi tentang urbanisasi dan pariwisata bisa dikaitkan dengan dampaknya terhadap keseimbangan tata ruang tradisional.

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti:

Membahas parhyangan melalui kegiatan spiritual di sekolah, entah berupa doa, persembahyangan bersama, atau penghormatan terhadap perbedaan keyakinan.

Guru dapat menekankan bahwa menghormati keberagaman agama di sekolah adalah bagian dari implementasi THK.

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5):

Sekolah bisa membuat projek lingkungan berbasis THK, seperti "Sekolah Hijau Berbasis Tri Hita Karana" di mana siswa menanam pohon, mengurangi plastik, dan mengelola sampah.

Dengan pendekatan ini, THK tidak sekadar dipelajari sebagai konsep budaya, melainkan menjadi lensa untuk memahami berbagai mata pelajaran.

3. Contoh Penerapan Nyata di Kelas

Mari kita bayangkan sebuah kelas IPA di SMP di Bali. Guru sedang membahas topik "Daur Air." Daripada hanya menjelaskan siklus evaporasi, kondensasi, dan presipitasi, guru bisa menambahkan refleksi: bagaimana kualitas air di sungai desa dipengaruhi oleh perilaku manusia? Apa dampaknya jika sampah plastik menumpuk di sungai? Dari sini, guru lalu mengaitkan dengan nilai palemahan---bahwa menjaga alam adalah bagian dari menjaga keseimbangan hidup.

Di kesempatan lain, saat ada kegiatan pesraman kilat (pendidikan berbasis pura), siswa diajak memahami peran pura dalam kehidupan masyarakat. Guru IPS bisa menjelaskan bahwa pura bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat aktivitas sosial dan budaya. Nilai parhyangan sekaligus pawongan ditanamkan secara konkret.

Selain itu, kerja kelompok di kelas bisa dirancang agar menekankan nilai pawongan: menghargai pendapat teman, saling membantu, dan menyelesaikan konflik secara damai. Guru tidak hanya menilai hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja sama mencerminkan harmoni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun