Palemahan -- hubungan harmonis manusia dengan alam.
Ketiga nilai ini bukan hanya teori, melainkan benar-benar diterapkan. Misalnya, dalam tata ruang desa adat Bali, kita mengenal konsep Tri Mandala: utama mandala (paling suci, biasanya pura), madya mandala (kawasan pemukiman), dan nista mandala (area sawah, kebun, atau laut). Pola ini menunjukkan adanya kesadaran bahwa spiritualitas, kehidupan sosial, dan alam harus seimbang.
Jika kita perhatikan, penataan pura, balai banjar, dan sawah bukan kebetulan, tetapi wujud integrasi THK. Pura ditempatkan di hulu (gunung) sebagai simbol parhyangan, rumah-rumah warga berada di tengah sebagai pawongan, dan sawah atau laut di hilir sebagai palemahan. Harmoni ini bukan hanya estetika, melainkan juga strategi menjaga keseimbangan hidup.
Namun, seiring perkembangan pariwisata dan modernisasi, pola ini mulai tergerus. Alih fungsi lahan sawah menjadi hotel, rusaknya sungai, atau perilaku masyarakat yang mulai abai pada sampah menunjukkan adanya tantangan besar. Di sinilah pendidikan berperan: nilai THK tidak boleh hanya menjadi filosofi tata ruang, tetapi harus ditanamkan kembali pada anak-anak sejak usia sekolah.
2. Integrasi THK ke dalam Kurikulum SMP
Sekolah, terutama SMP, adalah ruang strategis untuk menghidupkan kembali THK. Anak-anak usia remaja sedang berada pada fase kritis: mencari identitas, memahami nilai, dan membangun kebiasaan. Jika pada fase ini mereka dikenalkan dengan filosofi lokal seperti THK, maka mereka tidak hanya akan cerdas secara akademik, tetapi juga bijak secara sosial dan spiritual.
Bagaimana cara mengintegrasikan THK dalam kurikulum? Ada beberapa pendekatan:
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam):
Saat mempelajari ekosistem, guru dapat menghubungkan dengan palemahan, misalnya bagaimana menjaga sungai agar tetap bersih atau menjaga sawah dari pencemaran. Ketika membahas energi, bisa ditautkan dengan kesadaran untuk menggunakan listrik secara hemat, selaras dengan prinsip menjaga alam.
IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial):
Mengaitkan pawongan dengan praktik gotong royong, musyawarah, dan solidaritas sosial dalam masyarakat Bali.