Mohon tunggu...
Healthy

Inilah Fenomena Tulang!

25 Oktober 2017   21:30 Diperbarui: 25 Oktober 2017   21:57 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pada kesempatan kali ini, penulis akan membahas sebuah fenomena yang terjadi pada tulang dan rangka tubuh. Nah, fenomena apakah itu? Mungkin sebagian dari kita akan tidak percaya dengan fenomena ini karena jarang ada yang membahas topic ini. Fenomena yang dimaksud adalah rangka yang dapat hilang. Dalam bahasa yang lebih ilmiah kita menyebutnya rudimentasi ataupun bisa juga degenerasi. Sebelum kita membahas lebih dalam tentang rudimenter pada rangka, akan lebih baik jika kita membahas satu persatu tentang rangka dan proses rudimenter.

Rangka merupakan salah satu bagian yang penting dalam tubuh makhluk hidup bukan hanya manusia tapi juga spesies-spesies lain namun tidak semua spesies memiliki rangka. Contohnya adalah Amoeba. Rangka memiliki beberapa fungsi penting, antara lain memberi bentuk tubuh, melindungi organ-organ di dalamnya, sebagai tempat melekatnya otot, dan membantu pergerakan agar dapat bergerak dengan stabil.

Rangka sendiri dapat dibagi menjadi beberapa jenis tergantung pada pembedanya. Menurut jenisnya, rangka dibagi menjadi dua yaitu rangka aksial dan rangka apendicular. Rangka aksial merupakan rangka pada sumbu tubuh. Rangka aksial terdiri dari 80 buah tulang yang meliputi tulang tengkorak, tulang belakang, tulang dada, dan tulang rusuk (iga). Rangka apendikular adalah rangka pelengkap tubuh atau anggota gerak tubuh. Rangka apendikular terdiri dari 126 buah tulang yang meliputi gelang bahu (pectoral), anggota gerak atas (ekstremitas superior), gelang panggul (pelvis), dan anggota gerak bawah (ekstremitas inferior).

Menurut macamnya, rangka dibagi menjadi dua yaitu kartilago atau tulang rawan dan osteon atau tulang sejati. Sementara menurut bentuknya, tulang dibagi menjadi tulang pipa, tulang pendek, tulang pipih, tulang berongga udara, dan tulang tidak beraturan.

Setelah tulang, kita akan membahas rudimentasi. Rudimentasi sendiri merupakan menurunnya fungsi bagian tubuh makhluk hidup sampai bagian tersebut sudah tidak memiliki fungsi lagi. Sebenarnya menurut penulis tidak ada tulang yang diciptakan tanpa fungsi. Tetapi ada tulang yang memiliki fungsi namun tidak begitu penting fungsinya.

Rangka yang mengalami rudimentasi ini merupakan bukti awal dari adanya evolusi. Dulu, semua rangka pastinya memiliki fungsinya masing-masing, namun seiring berjalannnya waktu, adanya perubahan lingkungan dan yang lainnya membuat rangka tersebut menjadi tidak memiliki fungsi ataupun memiliki fungsi namun tidak begitu penting.

Contohnya adalah tulang ekor. Tulang ekor yang terletak pada bagian bawah tulang belakang memiliki fungsi yaitu menjaga keseimbangan tubuh saat posisi sedang duduk. Jika tulang ekor mengalami benturan misalnya kita terjatuh saat duduk, tulang ekor dapat mengalami pergeseran atau retak sehingga kita akan mengalamirasa nyeri yang terus menerus dan dapat menyebar ke bagian pinggang. Hal yang lebih parah lagi jika tulang ekor kita mengalami benturan yang sangat keras, maka kita akan mengalami kelumpuhan.

Jika membahas tentang ekor, pastinya yang ada dalam pikiran kita pertama kali adalah tentang monyet. Monyet dikenal memiliki ekor yang sangat panjang. Dan selain itu, monyet terkenal meiliiki kemiripan dengan manusia dan memiliki hubungan kekerabatan yang cukup dekat dengan manusia. Apa bukti bahwa kita memiliki hubungan kekerabaan yang dekat dengan monyet? 

Jawabannya adalah ekor. Kita memiliki ekor yang berwujud tulang ekor dengan satu segmen meskipun saat kita masih berwujud embrio kita memiliki tulang ekor dengan empat segmen. Memang berbeda, ekor monyet dengan tulang ekor kita, karena monyet menggunakan ekornya untuk bergelantungan di pohon-pohon tempat ia hidup, sedangkan manusia hidup di atas tanah dan tidak pernah bergelantungan. Hal ini menyebabkan ekor pada manusia mengalami rudimentasi karena tidak pernah digunakan, namun ekor monyet tidak mengalami rudimentasi karena monyet masih sering menggunakan ekornya dalam hidup dan masih bisa dibilang sebagai salah satu rangka yang penting dalam rangka monyet.

Selain itu, kita juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan kera karena kera terkenal sebagai nenek moyang kita manusia (Charles  Darwin, ilmuwan asal Inggris). Hal ini dibuktikannya lewat penemuan tulang hewa, manusia purba, dan hewan purba. Kera mengalami perbaikan biologis dari waktu ke waktu dalam kurun waktu jutaan tahun karena menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dimana ia tempati untuk hidup. Sehingga lama kelamaan kera menjadi manusia. Selain itu, DNA yang dimiliki oleh kera juga sangat mirip dengan DNA yag dimiliki oleh manusia.

Dari penemuan Charles Darwin dan hubungan kekerabatan antara manusia dengan monyet, dapat ditemukan bahwa perubahan biologis dapat terjadi karena adanya perubahan alam tempat tinggal. Alam yang dulu dengan yang sekarang tentunya berbeda apakah itu suhunya, bentuknya, ataupun keadaan sekitarnya. Spesies yang mengalami perubahan biologis ini dapat dikatakan mampu  berevolusi dan beradaptasi dengan baik. Bagaimana dengan spesies yang tidak mampu beradaptasi? Jawabannya adalah mereka tidak dapat bertahan hidup dan lama-lama akan punah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun