Mohon tunggu...
Ketut Darmada
Ketut Darmada Mohon Tunggu... Petani - Kerjakan dengan serius

Tanhana karma tanpa phala

Selanjutnya

Tutup

Diary

"Terimakasih Ayah"

9 Agustus 2022   08:16 Diperbarui: 9 Agustus 2022   08:17 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Saya lahir di desa pada bulan Mei ditengah keluarga yang sederhana. Saya anak ke empat dari lima bersaudara, dua kakak perempuan, satu kakak laki-laki dan satu adik laki - laki. Ayah saya bekerja sebagai guru SD di desa dan ibu sebagai pengurus rumah tangga. 

Seluruh keluarga saya tinggal di Mes Sekolah atau rumah yang disediakan pemerintah untuk para guru yang belum mempunyai tempat tinggal yang layak. Keseharian kami, kami jalani dengan pola hidup sangat sederhana bahkan bisa di bilang kekurangan. 

Karena ayah pada saat itu menerima gaji masih minim, hingga keperluan kelima anaknya belum bisa terpenuhi seluruhnya. Ibu pada saat itu juga membantu kebutuhan keluarga dengan berjualan dikantin sekolah. Disaat- saat sekolah aktif kami sekeluarga masih bisa menikmati makanan yang layak, diwaktu libur panjang sekolah ibu tidak bisa jualan lagi, otomatis ibu tidak ada penghasilan tambahan dan hanya mengandalkan gaji ayah saja. 

Kesedihanpun mulai terasa, makan sekali dalam sehari sudah sering kami alami bahkan pernah juga kami sampai  makan nasi sisa yang dijemur dan dimasak lagi oleh ibu, rasanya memang beda tapi karena keadaan yang memaksa,  kami sangat menikmati dan menghargai usaha ibu. 

Walaupun dalam hati sangat sedih tapi tetap bersyukur tetap bisa berkumpul bersama keluarga dalam suka maupun duka. Saya sangat bersyukur mempunyai orang tua yang sudah mengajarkan bagaimana cara bertahan hidup dan menghadapi masalah dengan sabar, berprilaku apa adanya dan jujur di masyarakat punya semangat tinggi dan mampu menjadi pemimpin dalam diri. 

Saya bersama kakak laki- laki mulai tumbuh niat untuk bisa menambah penghasilan keluarga, saya dan kakak mulai berjualan es lilin keliling dari pagi disaat libur sekolah dan dipulang sekolah saat sekolah sudah aktif. Meskipun hasil dari berjualan es lilin keliling tidak seberapa tapi cukup membantu juga dalam kebutuhan harian kami. Itu kami lakukan dan alami sudah bertahun tahun, hingga kami, kakak laki -laki dan saya sudah menginjak bangku SMP, saya pada saat itu baru kelas I SMP dan kakak sudah kelas III SMP,  Seiring berjalanya waktu kebutuhan keluarga kami semakin meningkat ayah makin kelimpungan karena beban keluarga semakin berat, ayah mulai mencari pinjaman disalah satu Bank dengan anggunan SK gurunya, Saya sadar beban ayah begitu beratnya hingga tak mampu diungkapkan dengan kata kata, tubuhnya sudah kelihatan semakin kurus, kerutan di dahi sudah semakin tampak jelas menandakan keadaan dalam dirinya. Dalam situasi yang mendesak dan keadaan yang begitu memprihatinkan saya memutuskan untuk melamar pekerjaan sebagai tukang jaga billiard. Saya diterima bekerja sebagai penjaga billiard sekaligus tukang bersih bersih di area tersebut. Walaupun hati sangat berat karena tugas baru saya yang dimulai dari jam 3 sore sampai jam  10 malam.tugas sebagai seorang siswa sangatlah terganggu oleh pekerjaan baru saya. Belum lagi cibiran di masyarakat yang sering saya dengar, yang menilai saya sangat kurang baik di mata masyarakat, saya paham dengan situasi seperti itu, seorang anak yang ayahnya seorang guru pendidik yang masih duduk di bangku SMP yang saat itu bekerja sampai malam dan tidak punya waktu untuk belajar sangat tidak pantas untuk ditiru. 

Saya sangat dilema saat itu, di satu sisi saya menginginkan tambahan untuk keluarga, di sisi lain saya sangat sedih karena saya sudah mencoreng nama ayah yang notabene sebagai pendidik. Sepulang kerja malam saya sempatkan untuk ngobrol dengan ayah, saya utarakan apa yang menjadi beban pikiran saya. Kalau tidak salah yang saya ingat ayah berkata pada saya "Nak... Lakukan apa yang bisa kamu lakukan, Hargai proses, suatu saat kamu pasti akan tahu mana yang benar dan mana yang salah.

Jangan pernah minta penghargaan biarkan kemampuanmu yang akan menghargaimu  '' ...(dmd)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun