Mohon tunggu...
Siti Aisyah
Siti Aisyah Mohon Tunggu... mahasiswa

Hi! I’m a Natural Science Education student at UIN Kyai Ageng Muhammad Besari. I’m an introvert who enjoys quiet moments with coffee and fiction books. This blog is my space to reflect, explore science, and write about things that spark my interest.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Terlalu Sering Minum Soda? Hati-Hati Bahaya Asam Fosfat!

30 Mei 2025   10:31 Diperbarui: 30 Mei 2025   10:39 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar minuman bersoda, sumber: https://s3-ceph.indoteam.id/chatnews-bucket-production/Minuman_bersoda_1685851273.jpeg

Siapa sih, yang bisa menolak kesegaran minuman bersoda di tengah cuaca panas? tentu sangat disayangkan apabila tidak diminum dan dibiarkan begitu saja. Minuman bersoda telah menjadi bagian dari gaya hidup modern. Terlebih karena rasanya yang manis, menyegarkan, serta efek sensasi "menggigit" dari karbonasi membuat minuman ini disenangi oleh berbagai usia, terutama remaja dan dewasa muda. Dari restoran cepat saji  hingga warung angkringan pinggir jalan, soda mudah ditemukan dan sering kali menjadi pilihan utama untuk melepas dahaga. Namun, di balik kesegaran yang ditawarkan, terdapat zat kimia yang patut diwaspadai karena dapat berdampak buruk terhadap kesehatan, yaitu asam fosfat.

Asam fosfat (phosphoric acid) adalah salah satu zat aditif yang paling umum digunakan dalam produk minuman ringan, khususnya cola. Fungsinya adalah untuk memberikan rasa tajam dan menyamarkan rasa manis berlebihan yang berasal dari gula atau pemanis buatan. Selain itu, asam fosfat juga berperan sebagai pengatur keasaman dan membantu memperpanjang umur simpan minuman. Meskipun tergolong aman jika dikonsumsi dalam jumlah kecil dan dalam frekuensi terbatas, kenyataannya banyak orang mengonsumsinya hampir setiap hari tanpa memahami risiko jangka panjangnya.

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), asam fosfat memang diizinkan untuk digunakan dalam makanan dan minuman sebagai pengatur keasaman suatu produk pangan. Namun, keamanan suatu zat tidak hanya bergantung pada status legalnya, tetapi juga pada frekuensi dan jumlah konsumsi. Masalah muncul ketika asam fosfat dikonsumsi secara rutin dalam jumlah berlebih, terutama melalui minuman soda. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini dapat memicu berbagai gangguan kesehatan yang serius, mulai dari kerusakan tulang, penurunan fungsi ginjal, hingga gangguan jantung.

Salah satu dampak paling signifikan dari konsumsi asam fosfat yang berlebihan adalah terganggunya metabolisme kalsium dalam tubuh. Zat ini dapat mengganggu keseimbangan kalsium dan fosfor dalam darah, yang berujung pada berkurangnya penyerapan kalsium oleh tulang. Akibatnya, tulang menjadi lebih rapuh dan rentan mengalami pengeroposan atau osteoporosis. Studi oleh Fernando et al. (1999) dalam Journal of Clinical Epidemiology menemukan bahwa konsumsi minuman bersoda yang mengandung asam fosfat merupakan faktor risiko independen terjadinya hipokalsemia pada wanita pascamenopause. Studi kasus-kontrol ini menunjukkan bahwa wanita yang mengonsumsi satu atau lebih botol minuman bersoda per hari memiliki risiko lebih tinggi mengalami kadar kalsium darah rendah dibandingkan yang tidak mengonsumsi. Selain itu, penelitian oleh Teofany et al. (2019) menunjukkan bahwa minuman bersoda bersifat sangat asam di pH sekitar 2,4-4,07, sehingga dapat menurunkan saliva secara signifikan setelah dikonsumsi dan memicu demineralisasi email gigi, yang merupakan awal terjadinya karies dan kerusakan gigi.

Dampak lain yang tidak kalah mengkhawatirkan adalah risiko gangguan ginjal. Ginjal berfungsi menyaring limbah dan mengatur keseimbangan elektrolit dalam tubuh, termasuk fosfat. Jika asupan fosfat terlalu tinggi, ginjal dipaksa bekerja lebih keras untuk membuang kelebihannya, yang dalam jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan ginjal kronis. Sebuah studi yang dipublikasikan oleh Lin dan Curhan (2011) pada Nurses' Health Study menemukan bahwa konsumsi dua atau lebih porsi soda diet per hari (banyak yang mengandung asam fosfat) berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal secara signifikan pada wanita. Sedangkan berdasarkan studi oleh Sato et al. (2013) di PLoS ONE menunjukkan bahwa konsumsi minuman bersoda berasam fosfat meningkatkan ekskresi kalsium urin secara signifikan, yang dapat memperburuk kondisi pasien penyakit ginjal kronis dan meningkatkan risiko komplikasi disebabkan oleh asam fosfat.

Tak hanya tulang dan ginjal, jantung pun bisa terkena dampaknya. Ketidakseimbangan elektrolit akibat tingginya kadar fosfat dalam darah dapat meningkatkan risiko kalsifikasi pembuluh darah, yang pada akhirnya dapat memicu hipertensi dan penyakit jantung koroner. Kondisi ini diperparah jika pola makan juga tinggi gula, rendah serat, dan disertai gaya hidup minim aktivitas fisik.

Di Indonesia, konsumsi minuman ringan meningkat pesat dalam dua dekade terakhir. Maraknya iklan, promosi besar-besaran, dan kemudahan akses terhadap produk ini menjadi pendorong utama. Menurut Survei Kesehatan Indonesia 2023 dari Kementerian Kesehatan, sekitar 2,5% penduduk Indonesia mengonsumsi minuman bersoda (soft drink) setidaknya sekali setiap hari. Selain itu, 11,9% penduduk mengonsumsi minuman bersoda 1--6 kali per minggu, dan 85,6% kurang dari 3 kali per bulan. Konsumsi harian tertinggi tercatat di Maluku Utara (10% penduduk), dan kelompok usia 20--24 tahun adalah yang paling sering minum soft drink setiap hari (3,4%). Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran, terutama karena sebagian besar masyarakat belum cukup sadar akan kandungan zat aditif dalam minuman dan makanan yang mereka konsumsi.

Sebagai konsumen, penting untuk mengetahui bahwa tidak semua zat tambahan makanan bersifat aman dalam jangka panjang. Meskipun suatu bahan telah lolos pengawasan lembaga resmi seperti BPOM atau FDA, bukan berarti aman jika dikonsumsi secara terus-menerus dalam jumlah besar. Berdasarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), batas maksimum penggunaan asam fosfat (INS 338) adalah 70mg/kg. Kesadaran akan kandungan gizi dan zat aditif dalam makanan serta pemahaman tentang pola makan seimbang sangat penting untuk menjaga kesehatan.

Ada beberapa langkah preventif yang bisa kita ambil untuk mengurangi risiko akibat asam fosfat. Pertama, kurangi frekuensi konsumsi minuman bersoda. Gantilah dengan air putih, teh herbal, atau jus buah alami tanpa tambahan gula. Kedua, perhatikan label komposisi produk yang kita beli. Jika asam fosfat (phosphoric acid atau E338) tercantum dalam urutan awal, itu berarti kandungannya cukup tinggi dan perlu dibatasi. Ketiga, seimbangkan asupan makanan harian dengan sumber kalsium alami, seperti susu, ikan, dan sayuran hijau, untuk menjaga kepadatan tulang.

Tidak ada yang salah dengan sesekali menikmati minuman bersoda, asalkan tidak menjadi kebiasaan. Yang menjadi masalah adalah ketika minuman ini dikonsumsi secara rutin, menjadi pengganti air putih, atau dikombinasikan dengan pola makan tidak sehat. Perubahan kecil dalam kebiasaan bisa membawa dampak besar bagi kesehatan dalam jangka panjang.

Meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama kalangan muda, tentang bahaya laten dari zat aditif seperti asam fosfat sangat penting dalam upaya pencegahan penyakit degeneratif. Kampanye kesehatan di sekolah, media sosial, dan lingkungan keluarga bisa menjadi cara efektif untuk menyebarkan informasi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun