Mohon tunggu...
Keristin Oktalia
Keristin Oktalia Mohon Tunggu... Aktris - Mahasiswi Stikom Bandung

penulis naskah film, novel, puisi, lirik lagu,dll

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Happy Birthday, Dead

13 Juli 2019   20:15 Diperbarui: 13 Juli 2019   20:19 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

3. Happy Birthday Lisa

Gadis mungil itu terdiam seketika.Tanpa gerakan bermakna.Nyaris seperti mematung.Hanya matanya yang agak menunduk ke bawah.Sesekali dipandangnya kedua orangtuanya. Lama -- kelamaan, tangan kecilnya sesekali menggerakkan sendok dan garpunya. Makanannya pun tidak disentuhnya sedikit pun.Bibirnya manyun seraya menatap keharmonisan orang tuanya.

Lama -- kelamaan, Lisa betul -- betul tidak nafsu makan.Ia hanya duduk terpaku dan hanya menatap makanannya tanpa ia santap. Seperti ada sesuatuyang mengganggu pikirannya. Tapi entah itu apa.

"Lisa sayang ... kok dilihatin aja?Dimakan dong sayang", tegas Mila yang sedari tadi memperhatikannya.

"Lisa, ada apa sayang?Cerita sama papa".

"Ma, pa, Lisa udah kenyang".

"Lisa, tapi kamu belum makan sesendok pun",Mila memberitahu nya.

"Lisa nggak laper".

"Kenapa sayang?Makanannya tidak enak?"

"Tidak ma.Aku cuma tidak nafsu makan".

"Lisa ..."

"Ma, pa, Lisa mau ke kamar.Mau tidur".

"Lisa, habiskan makananmu nak. Lisa ....", panggil Heri.

Gadis kecil itu berlari menuju kamarnya.Lalu pintu kamar itu dibantingnya kencang.Raut wajahnya berubah.Matanya sedikit melotot.Alisnya agak mengerut.Begitu pun bibirnya yang sedikit naik ke atas.Cemberut.Bibirnya sedikit bergerak.Ke kanan dan ke kiri.Ngedumel sendiri.Urat lehernya pun sedikit mengeras.Tangan mungilnya mengepal mencoba menahan kesal.

"Tok tok tok!"

"Sayang ..."

"Lisa ..."

"Lisa sayang, mama masuk ya"

"Terserah!"

Mila membuka pintu itu perlahan. Mencoba membicarakan apa yang putrinya itu pikirkan.

"Lisa sayang, kamu kenapa nak?", tanya Mila sembari mengelus rambutnya.

"Nggak apa -- apa ma!", jawabnya ketus.

"Lho, kalau tidak ada apa -- apa kok jawabnya judes begitu?"

"Lisa sayang, kalau ada apa --apa cerita sama mama dan papa. Jangan judes seperti itu. Kan jadi hilang cantiknya anak papa", Heri ikut berbicara.

"Bener tuh kata papa. Nanti kalau Lisa judes terus, bisa cepat tua lho. Masa anak kesayangan mama dan papa ini usianya masa kini tapi wajahnya masa depan?"

"Ah, mama!"

"Makanya jangan judes begitu dong, sayang".

"Ya udah. Sekarang cerita sama mama dan papa. Kamu mikirin apa?"

"Mama sama papa ingat nggak lusa itu hari apa?"

"Hari ..."

"Oh ya, mama tau".

"Hari apa?"

"Hari Senin. Memangnya ada apa dengan hari Senin?", Mila menebak sekaligus bertanya -- tanya.

"Yah, kirain mama tau", Lisa kembali murung.

"Lusa itu memang hari Senin".

"Iya pa, aku tau.Tapi papa tau nggak apa yang special di hari itu?"

"Hmm ...", Heri berpikir keras.

"Pa, hari apa?"

"Oh, iya.Papa ingat".

"Beneran".

"Iya dong, sayang.Masa papa lupa.Papa kan belum masuk faktor U".

"Hari apa pa?"

"Hari kamu masuk sekolah".

"Yah, papa dan mama sama aja. Sama -- sama lupa!", Lisa mengerutkan dahi. Tanda kecewa.

"Memang benar kan? Senin kamu sekolah", Mila membernarkan ucapan Heri.

"Bukan itu yang aku maksudkan ..."

"Udah, tenang aja.Urusan kebutuhan dan keperluan sekolahmu udah mama dan papa siapkan.Pokoknya lengkap deh semuanya", Mila mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Ma ..."

"Sekarang kamu habiskan makananmu ya sayang. Jangan dibiarkan sisa apalagi tidak dimakan sama sekali. Nanti mubadzir.Terus dimakan sama syetan", bujuk Heri.

"Pa ..."

"Lisa, habiskan makananmu ya, nak.Nanti mama dan papa pikirkan tentang hari yang kamu maksud itu", Mila ikut membujuknya.

Malam berganti pagi.Dewi malam bertukar menjadi sinar raja siang yang menghangatkan dengan cahanya.Langit membiru terang.Siap menemani aktivitas makhluk di bumi.Bunga -- bunga bermekaran.Burung -- burung pun saling bersahutan sembari terbang kesana -- kemari.Menyambut pagi dengan berseri -- seri.

Tapi iu semua berbanding terbalik dengan Lisa. Ia sam sekali tak menunjukan semnagat pagi. Hanya duduk terdiam di kamar.Menatap cermin sembari menyisir rambutnya perlahan.Melamun. Namun entah apa yang di lamunkannya. Aura yang terpancar begitu datar darinya. Tidak ada senyuman sama sekali. Hanya terdiam dengan tatapan kosong.

"Tok tok tok!"

"Lisa ..."

"Lisa ..."

"Lisa, bangun nak! Kita sarapan yuk!", ajak Mila.

"Lisa masih ngantuk ma".

"Tapi ini udah pagi, nak.Ayo bangun.Kita sarapan".

"Ma ..."

"Nanti siang kamu boleh tidur lagi".

Akhirnya Lisa mau membuka pintu kamarnya.

"Ayo sayang".

Mereka duduk di meja makan.Sarapan bersama.Tak lupa Mila menyiapkan menu sarapannya untuk suami, anak, dan temannya.Mereka mulai menyantapnya.

Suasananya terlihat dingin.Tidak ada obrolan atau senda gurau sedikit pun seperti biasanya.Heri yang biasanya menggoda istri dan anaknya itu tiba -- tiba tak mengeluar kan kata -- kata.Hanya focus pada makanannya. Lisa pun hanya menyantapnya perlahan.Masih tidak begitu nafsu makan. Lama -- kelamaan ia menyadari ada seorang wanita yang terlihat seperti seumuran dengan mama nya. Namun ia tidak mengajak berbicara. Ia hanya makan perlahan sambil menatap wanita itu.

"Ma".

"Iya sayang".

"Tante ini siapa?"

"Oh, kenalin ini teman mama. Namanya Tante Sonya".

"Wah, ini si cantik siapa namanya?", Sonya menyapa ramah.

"Halo tante. Aku Lisa", sahutnya dengan ekspresi datar.

"Hai Lisa. Anak kamu cantik sekali.Persis kamu Mila".

"Ah, bisa aja".

"Tapi kok kamu tidak senyum?Kan kamu cantik, tapi lebih cantik kalau kamu senyum sayang", Sonya menasehati.

"Tidak apa -- apa tante.Cuma tidak nafsu makan".

"Lho kenapa sayang?Tidak enak?"

"Bukan begitu tante.Cuma tidak nafsu aja".

"Lisa sayang.Kamu mikirin hari itu?"

Lisa mengangguk.

"Tidak usah dipikirkan nak.Ayo makan. Pa, aku dan Sonya mau pergi dulu sebentar ya ...."

"Iya, Mama Mila".

"Mama mau kemana?"

"Urusan kerjaan. Pa, aku dan Sonya pamit dulu ya ...."

"Iya, hati -- hati di jalan".

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Tiba lah hari yang ia tunggu dan ia pikirkan. Akankan kedua orangtuanya itu ingat?Atau lupa?Atau hanya pura -- pura lupa? Entahlah, ia tak tahu. Ia hanya merenung di kamar sambil bermain boneka beruang yang menjadi mainan favoritnya.

"Beary, kira -- kira mama dan papa ingat nggak ya?"

"Atau mereka lupa?", Lisa berbicara dengan boneka kesayangannya.

Tapi tak lama kemudian ia mulai bosan terdiam di kamar. Pintu dibuka perlahan.Ia keluar dari kamarnya.

Suasana tiba -- tiba sepi. Seperti tidak ada penghuni lain selain dirinya. Tidak terlihat papa dan mamanya.Biasanya  malam begini kedua orangtuanya masih terdengar canda tawa. Apalagi ini masih pukul 20.00 yang terkadang menjadi jam bagi orangtuanya menonton film favorit mereka.

"Mama ...."

"Papa ....", panggil Lisa sembari menuruni anak tangga.

"Tumben, biasanya jam segini belum tidur. Mama, papa ...."

"Mama sama papa udah tidur?"

Tidak ada yang menyahutnya.

"Mama ...."

"Papa ...."

Tiba -- tiba lampu di rumahnya itu mati.Lisa mencoba untuk tetap tenang. Lalu tiba -- tiba ia terkejut mendengar suara seperti orang -- orang yang berlari dengan cepat. Tapi ia tidak tahu mereka siapa. Matanya tak mampu melihat dengan jelas karena lampu padam.

"Mama ... papa ....", Lisa mencoba memanggil kedua orangtuanya itu sembari menghela napas.

Lampu di rumahnya itu tiba -- tiba menyala.

Happy Birthday to you

Happy Birthday to you

Happy Birthday Happy Birthday

Happy Birthday to you

 Lisa kegirangan dibuat orangtua dan para tamu yangmerupakan orangtua dan teman -- temannya.

"Ma, pa".

"Hahahaha ... kamu pikir mama sama papa lupa ya?", ucap Mila sembari tertawa puas setelah menjahili buah hatinya.

"Kan papa udah bilang.Papa dan mama nggak pikun.Pasti ingat dong.Ini semua mama dan papa yang rencanakan.Selamat ulang tahun ya sayang.Semoga panjang umur, sehat selalu, sukses menggapai cita -- cita, dan selalu menjadi kebanggaan keluarga".

"Wah, makasih ma, pa".

"Sama -- sama sayang".

"Maaf kemarin aku besikap judes karena aku pikir mama dan papa tidak ingat".

"Tidak apa -- apa sayang. Mama dan papa mengerti", ucap Mila sembari mengelus rambut anaknya.

"Lanjut nyanyi yuk semuanya", ajak Heri.

Panjang umurnya 

Panjang umurnya

Panjang umurnya

Serta mulia

Serta mulia

Serta mulia

 "Nyanyi lagi!", Heri menunjukan kelakuan hebohnya.

Potong kue nya

Potong kue nya

Potong kue nya

Sekarang juga

Sekarang juga

Sekarang juga

 "Yeah ....", seluruh tamu bersorak tepuk tangan saat Lisa mulai meniup lilinnya.

Sungguh, hari itu adalah hari bersejarah yang membahagiakan untuknya.Wajahnya pun berseri -- seri. Senyum manis terpancar dari wajahnya. Merayakannya dengan orang -- orang terdekat.Benar -- benar kebahagiaan yang terlihat sederhana namun bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun