Mohon tunggu...
Renita Yulistiana
Renita Yulistiana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan

I wish I found some better sounds no one's ever heard ❤️😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pembaruan: Setelah Memutuskan Berpindah

11 September 2021   00:29 Diperbarui: 13 Desember 2021   18:28 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesekali, ia juga bersandar dengan tembok, sambil mengingat beberapa luka dan penghakiman. Ia sebenarnya ingin selalu berdoa, namun menjadi perempuan—kadang membuatnya berhalangan untuk interaksi dengan Tuhan dalam gerakan. 

Tapi, ia selalu merapal--semisal sedang merindu atau mengingat beberapa impiannya yang tabu. Berharap Tuhan masih mendengar, lalu menyampaikannya lewat udara. Ia masih menyimpan dengan rapi brosur pendaftaran magister sebuah kampus pendidikan—hingga kini. Kepalanya masih batu, menginginkan menjadi seorang dosen ataupun kepala sekolah. 

Setelah berlalu, kini situasi semakin baik. Beberapa hal yang kacau, perlahan kembali stabil. Mengimani kehidupan ternyata tidak perlu menjadi jagoan. Lumrah, jika kondisi tak mengenakan datang bergantian. Ia lebih sering memilih diam dan melukis. Mengatur pola wajahnya tak nampak pelik, mengakali senyum simetris di depan layar. 

Setelah dipikir-pikir, hidupnya penuh dengan untung. Hal itu terkonfirmasi benar, jika kesialannya dibandingkan lurus dengan Chris Gardner dalam The Pursuit of Happ(y)ness.

Re
Citayam, 13 Desember 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun