Hujan rintik-rintik menetes satu per satu, rebah di pelataran rumah setelah singgah merangkul awan tipis dan angin dari puncak bukit di batas kampung.Â
Jalanan licin dan berlumpur. Debu berubah rupa. Wajah berkisah lebih seri. Terik tak lagi membakar kulit pekat.Â
Bagaimana kabarmu? Yang jauh melangkah ke seberang mimpi, merapatkan barisan para musafir. Sejauh ini kabar masih yang sama, tentang hidup yang terus bergeliat, kadang ranum kadang runyam.Â
Tak apalah, kita bukan pemilik segala ada. Kita sekedar perpanjangan tangan dari kebaikan-kebaikan kecil agar berlipat ganda seperti jamur di musim hujan.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!