Mohon tunggu...
Ken Adam
Ken Adam Mohon Tunggu... -

Saya paling hobby membaca buku, dengar musik dan bermain bulutangkis. Lokasi: Sunter, Jakarta Utara.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Museum di Bengkulu Memiliki 99 Mata Uang Kuno

7 Agustus 2010   08:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:14 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Museum negeri Bengkulu mempunyai koleksi 99 jenis mata uang kuno baik logam maupun kertas yang pernah beredar di Indonesia dan menjadi peninggalan sejarah.

"Koleksi itu masuk pada jenis Numusmatika yaitu mata uang atau sejenisnya yang berlaku sebagai alat tukar masa itu," kata Kepala Museum negeri Bengkulu Ahadin, Selasa.

Uang kuno di Museum Bengkulu meliputi Gulden, Florin, Rupiah, dan Sen, yang memiliki nilai sejarah berbeda, mulai dari daerah dan tahun yang pengeluaran.

Jenis Gulden sebanyak 13 koleksi, Florin 31, Rupaih 54 dan Sen satu koleksi. Gulden dikeluarkan oleh Belanda pada 1833.

Koleksi Gulden sebanyak itu yang bahannya dari perak hanya dua keping masing tahun 1833 dan 1853, sedangkan yang lain terbuat dari kertas.

Benda jenis mata uang Gulden terbuat dari bahan perak dengan diameter 3,5 cm ketebalan 0,45 cm serta beratnya 40 gram.

Sementara koleksi jenis tanda jasa, lambang, pangkat resmi, dan lainnya seperti cap serta stempel masuk pada jenis Heraldika yang juga ada di koleksi museum setempat.

Tidak kalah menariknya kumpulan benda bersejarah di museum setempat terdapat 6.070 benda sejarah lainnya.

Jumlah sebanyak itu belum mweningkatkan kunjungan wisata ke daerah ini, hingga sektor wisata museum masih perlu ditingkatkan lagi ke tengah masyarakat.

Diperlukan langka sosialisasi dengan perbanyak brosur dan promosi melalui bedia lain, sehingga kunjungan wisasta di daerah ini dapat menumbuhkan perekonomian daerah.

Selain itu pengetahuan sejarah sangat diperlukan bagi generasi agar semakin tumbuhnya rasa persatuan berbangsa dan bernegara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun