Jika Bukan Diri Sendiri Siapa Lagi
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Bicara tentang bagaimana cara menyembuhkan luka pada hati dan jiwa tidak terlepas dari puluhan kata-kata penyemangat dari orang-orang sekitar yang menaruh peduli dari hati. Mereka (orang-orang yang peduli) tidak akan berhenti memberi hangatnya pelukan meski lewat kata yang mungkin baginya (orang yang tengah terpuruk) hanya sekadar angin lalu. Sebab hati yang tengah tercecer dan berserakan entah ke mana kadang menutup indra pendengaran juga hatinya.Â
Semua luka yang ada seakan menutup rapat segalanya. Mungkin benar, untuk hari pertama rasanya begitu berat dan sekarat, ditambah lagi logika dan akal tidak mau membuka secara penuh. Akan tetapi, menikmati luka hingga puas pun kadang diperlukan untuk membiasakan diri dengan keadaan yang mungkin berbeda dari biasanya.Â
Untuk orang-orang yang masih merasa kecewa akan drama 365 hari, nikmatilah semua luka yang ada. Rasakan sesakit-sakitnya, menangislah sejadi-jadinya, tetapi jangan menyesali apa yang telah menjadi garis-Nya. Percaya saja skenario Tuhan itu pasti akan selalu baik meski membuat raga dan logika jungkir balik.Â
Puaskanlah menimang luka, selepas itu, usap air mata dengan punggung tanganmu, tegakkan kepalamu! Kamu harus bisa melawan dan meyakinkan diri sendiri kalau semua manusia diciptakan istimewa dengan ujian yang berbeda-beda dan sesuai kemampuan juga kekuatan bahumu.
Jika bukan diri sendiri yang menyemangati, menyayangi, mencintai diri sendiri, lalu siapa lagi? Mereka (orang-orang yang peduli padamu) tidak akan pernah mau dan tega meninggalkan kamu sendiri. Tetaplah berdiri kuat wahai, hati!Â
Gerimis di bumiku, 3 Januari 2023Â