Berikut adalah contoh lain penggunaan kata gendut sebagai pronomina.
Konteksnya adalah segerombolan kakas kelas sedang merisak adik kelasnya dikarenakan si adik kelas (berbadan besar dan pendek) tidak sengaja menabrak salah satu kakak kelasnya.
Pemuda 1 Â Â Â Â Â : "Heh Gendut, kalau jalan lihat -- lihat dong!"
Pemuda 2 Â Â Â Â Â : "Iya ni si Gendut. Sudah jelek, buta lagi!"
Kata gendut disini selain digunakan sebagai pronomina, juga digunakan sebagai hinaan kepada orang lain. Biasanya diucapkan oleh orang yang merasa mempunyai kekuasaan atau status sosial yang lebih tinggi daripada mitra tuturnya.
Seperti yang telah diulas pada bagian sebelumnya, banyak hal yang dapat mempengaruhi penggunaan bahasa seseorang. Satu kata yang di ucapkan oleh penutur bisa menunjukkan kekuasaan serta solidaritas kepada mitra tuturnya. Dua orang yang sejajar akan menggunakan pronomina berbeda tergantung dengan adanya rasa solidaritas diantara mereka. Selain dapat menunjukkan rasa solidaritas, penggunaan pronomina juga dapat digunakan sebagai simbol kesantunan. Namun, dewasa ini, terdapat pergeseran makna kata. Banyak kata sifat yang sekarang dapat dijadikan pronomina seperti kata gendut, cebol, tompel. Selain dapat digunakan untuk menunjukkan solidaritas diantara penutur dan mitra tuturnya, dapat juga digunakan untuk menunjukkan kekuasaan atas mitra tuturnya.
REFERENSI:
Brown and Gilman. (1960), Style in Language the Pronouns of Power and Solidarity.
Wardhaugh, R. (2006), an Introduction to Sociolinguistics. Blackwell Publishing.
Coupland and Jaworski. (1997). Sociolinguistics: A Reader. New York.
Brown and Levinson. (1987). Politeness: Some Universals in Language Usage. Cambridge University Press.
Disusun oleh:
Kennia Wikanditha
Mahasiswa S2 Ilmu Linguistik (Penerjemahan) 2020
S132002008