Sama halnya dalam pernikahan. Adanya tuntutan suami terhadap istri, kebebasan yang selalu diaktualisasikan, dimana anak digambarkan berperan sebagai generasi yang diandalkan untuk meneruskan warisan. Maka dari situ kita akan terus berharap, melakukan peniadaan bahwa sang anak memiliki kehendaknya sendiri, dimana sang istri memiliki kehendaknya sendiri, dan dari situlah kita akan merasa tidak puas. Sesekali manusia harus berada di dalam kenyataan etre-en-soi, meski terlihat tidak bebas, tetapi kita bebas dari kutukan kebebasan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!