Dalam konteks kontemporer, berbagai bentuk adaptasi Mangupa juga mulai muncul. Contohnya, penyampaian doa dan nasihat tidak selalu menggunakan bahasa Batak, melainkan juga Bahasa Indonesia agar dapat dimengerti oleh generasi muda atau anggota keluarga yang tidak mahir berbahasa daerah. Walaupun demikian, inti dari Mangupa masih dilestarikan: berkah, doa, dan harapan yang mendalam.Â
Kewajiban menjaga tradisi seperti Mangupa adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya oleh masyarakat Batak tetapi juga oleh pemerintah dan organisasi budaya. Dokumentasi, pengajaran dalam kurikulum lokal, dan keterlibatan generasi muda dalam setiap pelaksanaan upacara merupakan strategi krusial dalam mempertahankan keberadaannya.Â
Sebagai elemen dari kekayaan budaya Indonesia, Mangupa pantas mendapatkan posisi dalam perbincangan budaya nasional. Dengan adanya liputan media, pendidikan, dan kegiatan sosio-budaya, nilai-nilai luhur dalam Mangupa dapat terus berlanjut dan menginspirasi berbagai generasi. Tradisi ini merupakan warisan yang bukan hanya milik Batak Toba, tetapi juga merupakan bagian dari identitas besar bangsa Indonesia yang kaya dan bermakna.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI