Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Yang Tersisa dari Nyanyian Freddy

1 Agustus 2016   15:50 Diperbarui: 1 Agustus 2016   17:58 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pernyataan aktivis LSM Korban Kekerasan (Kontras), Haris Azhar terkait pengakuan tereksekusi mati Freddy Budiman tak perlu dibesar-besarkan. Menurut Wiranto, pengakuan Freddy tidak jelas siapa-siapa yang terlibat dalam skandal narkoba tersebut. Pernyataan Wiranto ini bertolak belakang dengan pernyataan pimpinan Polri maupun TNI yang berjanji akan menindak lanjuti nyanyian Freddy Budiman.

Ditengan pernyataan yang saling bertentangan tersebut merebak pula cerita mistis seputar pemakaman Freddy yang liang lahatnya digenangi air yang sesungguhnya karena curah hujan yang cukup tinggi sebelumnya. Itulah gambaran celoteh masyarakat yang melihat sebuah pertanda yang memiliki arti tersendiri. Namun apapun celoteh masyarakat atau statemen pejabat yang kadang berkesan untuk menyenangkan presiden bahwa nyawa Freddy sudah tidak ada, suara Freddy terdengar dari celoteh "kaum" pemerhati terlepas dari agenda dibelakangnya.

Nyanyian Freddy Budiman, menyisakan cerita selain pertentangan statemen pejabat negara yang mengubur cerita seputar kasus pembelian tanah Cengkareng atau pembebasan tanah Sumber Waras atau cerita PT. Agung Podomoro, ceritapun berganti dengan melajunya Ahok bersaing memperebutkan kursi DKI I melalui jalur Parpol.

Saking banyaknya peristiwa dan skandal membuat publik terpecah pecah perhatiannya yang pada akhirnya mengikuti cerita yang terbentuk oleh media yang nota bene beritanya "bisa" dipesan. Publikpun tergiring pada peristiwa yang diangkat oleh media, cerita mistis seputaran liang lahat Freddy menjadi menarik dan mengajak publik untuk melanglang buana kedunia lain. Cerita mengenai PT. Agung Podomoro atau pembebasan tanah Cengkareng oleh Pemprov DKI menjadi cerita usang yang tidak menarik, cerita basi yang tidak perlu dibahas yang membuat dunia kembali pada rutinitas kedalam budaya KKN yang sudah mengakar kesegala lini. 

Kembali kepada cerita Wiranto diatas, kalau jelas siapa-siapa yang terlibat apakah yang terlibat mengaku ? Kalau mengaku menjadi jelas tetapi dengan pertimbangan kepentingan apakah tidak akan ditutupi ? Hukum tidak menundak hukum, cerita freddy menyangkut penegak hukum, ibarat kata, bapak tidak mungkin memakan anaknya karena ancaman hukuman akan seperti yang dikenakan kepada Freddy. Demikian juga dengan pembebasan tanah Cengkareng, jumlah uang yang begitu besar bisa lolos tentunya terdapat kepentingan dibelakngnya, semua tidak tau, kalau tidak tau berarti bukan kesalahan karena hukum juga melihat pada niat.

Niat itu tidak ditemukan dalam pembebasan tanah RS Sumber Waras, sebaliknya niat itu ditemukan pada kasus Jesicca, walaupun tertutup paperbag, JPU yakin paperbag itu untuk menutupi niat Jessica manaruh zat maut. Seperti itulah dinamika hukum yang berlaku, kisah petualangan Freddy berhenti didepan rega tembak, Freddy tewas dan dikubur dengan semua kisahnya, jangan dibesar-besarkan, Freddy sudah tiada, sudah tammat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun