Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politisasi Bencana.

30 Oktober 2010   17:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:58 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tak kurang Sri Sultan Hamengkubuwono X mengeluhkan pemberitaan tentang  perkembangan Gunung Merapi yang tidak tepat yang dinilai dapat meresahkan masyarakat Jogyakarta.  Sehubungan dengan pemberitaan yang menyesatkan itu, Kepala Surono Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau agar para jurnalis yang memberitakan tentang perkembangan Gunung Merapi agar lebih berhati-hati. Pemberitaan yang menyatakan awan panas gunung Merapi dapat mencapai 20 Km telah membuat masayarakat Yogyakarta panik sebab jarak sejauh itu akan mencakup wilayah perkotaan. Berita seperti juga membuat berang kepala PVMBG yang menegaskan jika tidak mengerti istilah tehnis jangan sembarang memberitakan sebagaimana yang dilakukan sebuah media televisi dalam siaran langsungnya yang menyatakan awan panas merapi telah mencapai radius 20 km.

Semakin terlihat bahwa media Televisi kita lebih terfokus perhatiannya pada segment hiburan dan berita politik yang mempunyai nilai tambah dalam mengejar ratinn terkait dengan nilai jual iklan. Terbiasa dengan pengembangan opini politik, celakanya kebiasaan tersebut terbawa dalam meberitakan bencana alam yang sedang berlangsung. Apa jadinya jika tidak segera terjadi counter pemberitaan yang menyesatkan itu, masyarakat pastinya dibuat panik. Memang ilmu menyangkut gunung berapi atau gempa ini kurang diminati karena kurang komersial apalagi untuk meraih jabatan. Tak heran pakar gempa dan vulkanologi menjadi langka di Indonesia sehingga pemberitaan masih berdasarkan informasi badan pemerintah itu.  Gempa mentawai yang menimbulkan tsunami tersebut, ini adalah pengalaman kedua setelah tsunami aceh, tapi sayangnya hal itu belum dapat mencegah timbulnya korban dengan alasan kendala jarak. Seperti dalam video amatir yang merekam detik2 menjelang tsunami, agaknya masyarakat hanya menunggu datangnya tsunami yang menunjukkan pemerintah tidak siap menghadapi bencana.

Negara ini agaknya akan menjadi negara bencana berkepanjangan, selain akibat perubahan cuaca ekstrim, bencana banjir bandang, tanah longsor, letusan gunung berapi terus mengancam kehidupan bangsa Indonesia. Yang paling mengkhawatirkan sesungguhnya efek dari perubahan cuaca yang ekstrem yang melanda bukan saja di Indonesia itu akan mengakibatkan menurunnya produksi pangan. Bencana memang tidak dapat dicegah, tetapi kesiapan masyarakat maupun pemerintah menghadapi bencana sangat diperlukan, mestinya media pemberitaan dapat berperan dalam kesiapan menghadapi bencana itu, bukan sebaliknya membuat panik dengan pemberitaan yang tidak akurat.

Inilah dinamika bangsa Indonesia, sementara bencana sedang berlangsung, para petinggi kita justru plesiran dan bahkan mengeluarkan statement yang tidak semestinya. Dilain tempat  masih seperti biasa, penonton sepakbola tawuran, pelajar tawuran, tempat2 hiburan masih marak bahkan menyelenggarakan pesta Haloween yang mengadopsi budaya irlandia.  Ada yang terpanggang panasnya awan merapi, ada yang terendam oleh bencana banjir dan tsunami, ada yang tertimbun tanah longsor tetapi ada juga yang mengambil kesempatan menggoyang pemerintah. Mundur...mudur ...mudur... suara itu makin marak  terdengar akibat Fauzi Bowo tidak mampu menahan banjir di Jakarta. Anak  Gunung krakatau mulai meningkat aktivitasnya, hal ini patut menjadi pertanyaan, siapa lagi penguasa yang diminta mundur karena tidak mampu membuat anak Gunung Krakatau diam.  Entah apa yang terjadi ditengah bangsa ini, bencanap alampun  dapat dipolitisasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun