Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Financial

Kenaikan Harga BBM, Imbas Depresiasi Nilai Tukar Rupiah?

1 Juli 2018   14:59 Diperbarui: 1 Juli 2018   15:21 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Pada januari tahun in, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati  menggelar dialog  perkembangan makro fiskal 2017 dan langkah-langkah kebijakan makro  fiskal 2018 bersama kalangan pengusaha dan pemangku kepentingan terkait  lainnya.  Ekspektasi pertumbuhan perekonomian secara normatif dan asumsi perkembangan yang berlangsung serta langkah langkah yang akan  diambil ( action plan ) menghasilkan sebuah proyeksi ekonomi yang prospektif dan optimis.

Disebutkan, World Economic Organization (WEO) memproyeksikan, ekonomi negara-negara  berkembang tahun ini bisa tumbuh lebih baik di kisaran 4,9%. Meski  demikian, ekonomi di negara-negara maju diperkirakan hanya mampu tumbuh  2%. Namun, lembaga tersebut memproyeksikan ekonomi dunia bisa tumbuh  3,7% tahun ini.

Namun yang tidak dapat diperkirakan adalah terjadinya pertikaian dagang antara Amerika Serikat dan China yang diikuti oleh kenaikan suku bunga the Fed serta pernyataan Bank Sentral Eropa yang masih akan mempertahankan stimulus sampai sepetember mendatang. Euro dan US dolar mengalami penguatan terhadap mata uang dunia lainnya terutama terhadap mata uang negara2 berkembang termasuk Indonesia.

Walaupun disebutkan inflasi masih rendah, data itu adalah data the past, data itu belum dipengaruhi oleh depresiasi  nilai tukar yang terjadi belakangan ini. Bank Indonesia telah mengambil langkah untuk memperkuat nilai tukar dengan melepas cadangan devisa dan menaikan acuan suku bunga. Kenaikan suku bunga BI biasanya akan diikuti oleh kenaikan suku bunga kredit bank umumnya yang berpengaruh pada sektor riel. Namun, upaya BI untuk memperkuat nilai tukar rupiah sepanjang ini belum menampakan hasil yang diharapkan.

Didalam APBN 2018, nilai tukar rupiah dipatok sebesar Rp. 13.400 per US dolar, sedangkan saat ini US dolar bertengger pada level Rp. 14.410, itu artinya dibutuhkan rekalkulasi APBN. Mungkin saja, gejolak moneter ini dinilai sebagai gejolak sementara oleh adanya pengaruh kenaikan suku bunga the Fed, Bank Indonesia tetap optimis dengan keputusannya akan menjadi daya tarik investor menanamkan dananya di Indonesia.

Imbas dari melemahnya nilai tukar adalah pada harga BBM yang sebagian besar masih import atau penambahan subsidy oleh pemerintah. Per 1 Juli 2018, pertamina menaikkan harga BBM non subsidy. Dikutip laman Pertamina, Minggu (1/7/2018), harga Pertamax di Jakarta  per 1 Juli sebesar Rp 9.500 per liter. Harga tersebut naik Rp 600  dibanding posisi per 1 Juni 2018 yakni Rp 8.900 per liter. Harga Pertamax Turbo naik menjadi Rp 10.700 per liter. Mulanya, harga Pertamax Turbo Rp 10.100 per liter.

ak hanya itu, harga Dexlite naik menjadi Rp 9.000 per liter. Sebelumnya  harga Dexlite Rp 8.100 per liter. Selanjutnya, Pertamina Dex naik Rp 500  dari Rp 10.000 menjadi Rp 10.500. Sementara, harga bahan bakar  Pertalite, Pertamax Racing, dan Solar non subsidi tak mengalami  perubahan harga. Harga bahan bakar tersebut masing-masing Rp 7.800,  Pertamax Racing Rp 42.000, dan Solar non subsidi Rp 7.700.

Kenaikan harga tersebut akan mempengaruhi harga  kebutuhan energi sektor industri yang akan menaikan production cost ditambah lagi konten import dalam kandungan produksi yang masih tinggi akan menjadi kendala dalam peningkatan produksi. Belum lagi menghadapi bertambahanya financial cost karena kenaikan suku bunga bank pada akhirnya secara umum akan berimbas pada produktivitas yang akan mempengaruhi neraca perdagangan. 

Saat ini, beberapa waktu terakhir terjadi defisit neraca perdagangan, salah satu penyumbang terbesar defisit neraca perdagangan yang terjadi disumbang oleh import BBM dimana harga minyak dunia juga mengalami kenaikan harga. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun