Hari ini tanggal 14 februari ya? Valentine Day dong? Hmm memang ya, zaman sekarang mana ada manusia yang tidak tahu valentine day. Bahkan, topik mengenai si valentine ini sudah mengucur dari khalayak sejak berhari-hari yang lalu.
Pagi tadi selepas subuh, seperti biasa kami seasrama mengadakan forum bahasa. Jenuh membahas isi buku, tutor kami lalu nyeletuk. Dia menyuruh kami untuk tidak menyia-nyiakan momen valentine day hari ini. Katanya, banyak caf serta tempat makan yang mengadakan diskon, bahkan ada yang gratis!
Diantaranya ada yang bermurah harga secara cuma-cuma atau gratis, ada juga yang harus memenuhi syarat tertentu seperti membawa pasangan. Kalau tempat yang dimaksud tutor saya, membawa pasangan akan mendapatkan diskon 10%, lalu jika double date maka diskon-nya lebih besar lagi. "Sayang lo dek, tempat itu kalau nggak diskonan mahal banget biasanya" tutor saya antusias. Waduh, gara-gara hari kasih sayang, ternyata pemilik tempat makan juga berkasih sayang lewat harga ya.
Seperti yang kita tahu, banyak pihak yang menentang eksisnya hari valentine. Mulai dari sekolah, instansi, bahkan daerah-daerah tertentu dengan terang-terangan melarang warganya untuk merayakan "hari ini". Â Aceh, Bima, Palembang, adalah tiga dari banyak daerah yang gencar melawan budaya bobrok ini.
Sudah menjadi rahasia umum jika valentine day dianggap sebagai borok dimata masyarakat. Anggapan ini tentu bukan tanpa alasan. Hari kasih sayang terbukti menimbulkan banyak dampak buruk, lebih banyak minus daripada plus nya.
Menuruti hawa nafsu dan merusak moral
Coba lihat diluar sana, pasti banyak caf-caf, pasaraya, dan tempat-tempat lain yang dipenuhi oleh pasangan dimabuk cinta (yang belum ijab-sah). Bukankah sebuah hubungan tercipta untuk dijaga? Lalu kenapa harus mengumbar kemesraan didepan umum, yang ada malah membuat orang yang melihatnya ilfeel.
Hari valentine juga sering kali dianggap kesempatan emas bagi sebagian orang. Iya, kesempatan emas untuk membuktikan sejauh mana cinta yang diberikan kepada pasangannya.
"Selamat hari valentine sayang.."
"Selamat hari valentine juga sayangku"
"Sayang, kamu cinta nggak sama aku?"
"Cinta dong"
"Kalau cinta, buktikan dong"
Lalu boom! Paham kan kelanjutannya? Yap, pada akhirnya nafsu akan berujung pada pergaulan bebas dan perilaku tuna susila yang men-Tuhan-kan cinta.
Menghambur-hamburkan uang      Â
Sudah menjadi kebiasaan bagi mereka yang merayakan valentine untuk memberikan hal spesial kepada pasanganya. Bunga, coklat, boneka, bahkan k*nd*m pun menjadi barang yang laris manis di hari kasih sayang.
Hmm kalau memang benar-benar cinta, ingin melanjutkan hubungan ketahap yang lebih serius, kenapa tidak ditabung saja uangnya? Toh,pada dasarnya kasih sayang tidak melulu soal materi. Hitung-hitung sebagai tambahan biaya nikah lah ya.
Akhir kata, hari valentine memang seringkali menjadi ajang yang bersifat negatif serta menyimpang dari budaya agama maupun budaya Negara. Namun barangkali, mungkin ada juga yang merayakan hari kasih sayang dengan suatu hal yang bermanfaat dan bermoral dengan caranya tersendiri. Bisa jadi dengan pasangannya (yang sudah sah), ataupun dengan orang tua.
Yang terpenting dan perlu diingat, kasih sayang orang tua lah yang tidak akan pudar sepanjang masa. Kasih sayang yang sejati, tidak perlu pamrih dan materi, serta tidak harus menunggu tanggal 14 Februari untuk mengungkapkannya hehe.