Mohon tunggu...
Maulida Husnia Z.
Maulida Husnia Z. Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi

Belajar menulis kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ayah, Ibu, Terima Kasih Sudah Mengerti Aku

14 Desember 2017   23:12 Diperbarui: 14 Desember 2017   23:44 1067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://www.sleekcover.com)

Suatu ketika aku mulai menggencarkan aksi besar-besaranku. Aku membayangkan ini akan menjadi suatu maha karya ku yang megah. Kemudian mulailah aku mencoret-coret di seluruh tembok rumah. Mas Sajjad dan teman-teman ku pun dengan senang hati membantuku. Ditembok ini aku bisa bebas menekspresikan ideku. Aku menggambar tuan putri, bunga, boneka, layangan, dan lain lain.

Rasanya senang sekali bisa menggambar sesuka hatiku. Ibu dan Ayahku juga sudah melihat hasil karyaku, dan aku tidak dimarahi. Mereka hanya tersenyum, mungkin didalam hati, mereka sangat bangga mempunyai putri yang berbakat sepertiku. Aku pun memamerkan karya-karya ku pada Tante ku. Dia memujiku, katanya gambar ku sangaaat bagus. Aku senang sekali. Aku harap nanti kalau sudah besar aku bisa menjadi seniman terhebat sedunia, dan aku bisa membanggakan orang tua serta seluruh keluargaku dengan hasil karyaku.

Fiksi diatas merupakan khayalan saya yang notabenenya adalah tante anak yang bernama Khalwa itu sendiri hehe. Ngomong-ngomong, yang diatas itu ditulis berdasarkan apa yang selama ini saya perhatikan, entah itu dari ekspresi; tingkah; dan apapun yang tergambar. Melalui ini, yang ingin saya sampaikan kepada para pembaca adalah, jangan sekali-sekali membatasi ruang lingkup kreativitas seorang anak usia dini. 

Mengapa demikian? Karena seperti yang kita tahu, usia dini merupakan masa dimana anak sedang gencar-gencarnya mengeksplorasi apa yang ada di sekitarnya. Mereka cenderung aktif bertanya dan mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi. 

Oleh karena itu, seringkali mereka mencoba hal-hal baru untuk memuaskan rasa penasarannya yang menggelitik. Pada masa itu juga anak cenderung mengedepankan imajinasinya. Tidak jarang mereka berpura-pura menjadi tokoh idolanya, entah itu guru; superhero; atau princess.

Nah, karena masa usia dini merupakan periode golden agesyang sangat sayang untuk disia-siakan. Maka alangkah baiknya bagi kita semua, terutama para orang tua untuk sebisa mungkin memberi stimulasi pada anak usia dini, salah satunya adalah dengan tidak membatasi kreatifitas dan kebebasan sang anak. Berikut ini adalah beberapa problematika seputar anak usia dini yang perlu kita garis bawahi :

Perlukah melarang anak mencoret-coret tembok?

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Jawabannya adalah tidak. Menurut saya, anak bisa lebih mengekspresikan motorik halusnya dengan mencoret-coret di media yang luas, tembok misalnya. Karena pada dasarnya mereka pasti bosan jika terus-terusan menggambar diatas kertas. Dan seperti yang saya tulis dalam karangan diatas, bahwa bisa jadi sang anak akan menganggap bahwa menorehkan coretan di tembok adalah suatu kebanggaan tersendiri. 

Coretan di tembok yang sifatnya bertahan lama, susah dihilangkan, dan sering terlihat mata ini bisa menjadi pacuan kreatifitas mereka, apalagi kalau kita memberikan pujian dengan tulus.

Menurut pengalaman saya pribadi, anak usia dini cenderung pamer atas apa yang dia punya. Keponakan saya misalnya, dia suka menempelkan apapun hasil karyanya di tembok rumah dengan tujuan agar bisa dilihat orang banyak. Tentu saja itu dengan harapan agar bisa mendapat pujian dari orang disekitarnya, dan dengan itu dia bisa termotivasi untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun