Mohon tunggu...
F. I. Agung Prasetyo
F. I. Agung Prasetyo Mohon Tunggu... Ilustrator - Desainer Grafis dan Ilustrator

Cowok Deskomviser yang akan menggunakan Kompasiana untuk nulis dan ngedumel...

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Adakah yang "Kutu Loncat" seperti Saya?

26 November 2019   09:04 Diperbarui: 26 November 2019   21:23 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerjaan. Sumber: Pixabay.com

Idealismenya membuat desain website yang bagus dan minimalis (saya pernah diberitahu hasil kerja pribadinya—cukup keren dan memenuhi impian saya akan sebuah desain website jika saya mempunyai perusahaan yang butuh website), bukan bertujuan untuk theme khusus salesman ala si bos. Si bos memecatnya.

Lalu si bos mencoba orang yang dikatakan akan bisa jadi asisten saya. Dia tak punya pengalaman desain, dan pekerjaan sebelumnya hanya jadi pegawai gudang. Namun ngebet jadi desainer grafis. Bulan 1-2-3 masih dipantau. Tapi selama itu pula tak menghasilkan karya apapun. Jadi istilahnya masih belajar saja. Saya kaget waktu bos ngomong bila dalam 3 bulan lagi tak bisa mengimbangi kerja disitu, dia dikeluarkan.

Terus terang saya agak jengkel dengan adanya 'asisten parasit' ini. Misalnya sama-sama diberi tugas kerja... eh saya harus mengerjakan bagiannya juga disebabkan ketidakcakapannya.

Awalnya saya membantu solusi kerjanya. Tapi kemudian itu malah mengganggu ritme dan penyelesaian pekerjaan saya sendiri. Jadi saya menyuruhnya mencari solusi dari internet dengan gugling. 

Dia enak, masuk kerja pas internet telah tersedia dan bisa diakses oleh seluruh karyawan. Tapi pas awal kerja situ, saya harus meminta gambar ke si bos untuk komposisi dan projeknya. 

Pernah pertanyaannya membuat jengkel: "pak kalau menginstal font bagaimana caranya?" Sudah diberitahu caranya eh besoknya tanya lagi. Diberi tau caranya lagi... eh besoknya tanya juga. Saya mikir: ini anak tanya apa ngetes sih? 

Mulai saat itu saya menyuruhnya gugling buat cari solusi. Di perusahaan lain tak ada staf yang sesabar saya selama saya gabung disana hanya untuk mengajarinya. Semuanya pelit ilmu man!

Hingga bulan keempat dia kerja, dia tak menelurkan satu karya pun secara final untuk diberikan kepada klien. Karena beban saya makin banyak (harus membenahi pekerjaannya supaya terstandar); saya bilang keberatan saya pada si bos. Tau si bos bilang apa? "Lho kamu kan dulu pertama belajar disini juga belajar seperti dia".

Saya murka sungguh pas dengar saya disamakan dengan anak 'kemarin sore' berIQ minus 99 ini. Entah jika dia hanya pura-pura bego.

Saya memang di awal tak langsung bisa menyamai standar yang diinginkan, yang lebih ke pembiasaan; namun secara prosesnya saya hanya butuh waktu kurang dari seminggu karena sebelumnya telah mempunyai pengalaman kerja di bidang itu.

Belum lagi pendidikan yang pernah saya tempuh. Lalu dibandingkan dengan mantan pegawai gudang yang selama 4 bulan masuk di situ hanya untuk 'belajar desain dari awal' itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun