Mohon tunggu...
Kelvin
Kelvin Mohon Tunggu... Mahasiswa - 201950061

Mahasiswa TSM angkatan 2019

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Tren "Investor Dadakan" ke Pasar Modal Tidak Mencerminkan Baiknya Budaya Risiko

14 September 2021   23:05 Diperbarui: 14 September 2021   23:10 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Risiko Pasar Modal | Sumber : ronapresentasi.com

Oleh karena itu, budaya risiko menjadi sangat penting bagi para investor. Investor haruslah mengetahui seberapa besar kerugian yang akan terjadi, bila suatu investor melakukan investasi terhadap suatu perusahaan. 

Di sinilah budaya risiko muncul sebagai sesuatu yang dapat meminimalkan ketidakpastian pasar yang tentu saja dapat membuat nilai investasi turun. Memang sangat sulit untuk diterapkan, namun investor harus sadar sedini mungkin.

Contoh nyatanya adalah ketika PT Bukalapak melakukan IPO (Initial Public Offering), banyak sekali investor yang berbondong-bondong melakukan pembelian saham PT Bukalapak, tanpa mengetahui kinerja perusahaan bahkan tak menguasai jenis sektor industri yang berkaitan dengan PT Bukalapak. Seorang investor dengan penerapan budaya risiko yang baik, tentu saja sudah menduga risiko yang akan terjadi untuk setiap perusahaan baru yang melakukan IPO. 

Investor yang hanya ikut-ikutan rekomendasi ataupun berinvestasi atas dasar brand image suatu perusahaan, tentu saja akan mengalami risiko investasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan investor yang melakukan evaluasi kinerja perusahaan melalui laporan keuangan (analisis fundamental)

PT Bukalapak beberapa hari kemudian setelah IPO  mengalami anjlok harga dengan ARB (Auto Rejection Bawah) dari harga penawaran saham umum perdana. Diketahui bahwa saham PT Bukalapak menjadi sasaran transaksi pihak asing. Alhasil, banyak sekali investor yang berbondong-bondong menjual saham tersebut dengan mengalami capital loss. 

Ini merupakan contoh konkrit bagi seorang investor untuk menerapkan budaya risiko ketika berinvestasi. Tidak ada yang dapat memprediksi apa yang akan terjadi terhadap saham suatu perusahaan yang kita investasikan. 

Bisa saja kita ingin investasi selama 10 tahun terhadap suatu perusahaan, namun ternyata perusahaan tersebut tidak dapat bertahan selama waktu yang kita inginkan. 

Oleh karena itu, risiko haruslah diperhitungkan dari awal sebelum menanamkan modal di suatu perusahaan. Jangan semata-mata kita diiming-imingi nama besar dari perusahaan, namun perlu juga untuk melakukan menilai kinerja perusahaan lewat laporan keuangan.

Penerapan Budaya Risiko bagi Investor Harus Berkelanjutan 

Jika ditanya apakah menerapkan budaya risiko dapat dilakukan secara instan, maka jawaban yang tepat untuk pertanyaan tersebut adalah tidak. Hal ini dikarenakan budaya risiko merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang mengubah kerangka berpikir individual atau kelompok untuk sadar terhadap risiko. Budaya risiko tidak dapat terbentuk dalam waktu satu hari saja, namun butuh waktu yang sangat panjang untuk membentuk budaya risiko tersebut terutama untuk investor.

Investor harus menanamkan 4 kata kunci perilaku, yakni tahu-sadar-mampu-mau. Bila investor tahu bahwa risiko itu dapat mempengaruhi investasinya, maka investor akan sadar untuk melakukan perubahan. Kemudian investor merasa mampu untuk melakukan perubahan menuju budaya risiko dan mau menjalani progres secara berkelanjutan.

ISO 31000 dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan manajemen risiko oleh para investor untuk mengelola investasi dengan mempertimbangkan risiko yang akan terjadi di pasar modal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun