Taksonomi Bloom bisa diterapkan dalam pembelajaran hafalan Al-Qur'an di pondok pesantren. Meskipun banyak yang menganggap hafalan hanya sebatas "mengingat" (remembering), sebenarnya ada level berpikir yang lebih tinggi yang bisa diterapkan agar pemahaman santri lebih mendalam.
Misalnya, dalam pembelajaran hafalan Al-Qur'an Surah Al Mulk, implementasi Taksonomi Bloom (sesuai 6 tingkatan Taksonomi Bloom dan penerapannya) seperti ini:
- Mengingat (Remembering): Santri menghafal ayat-ayat Surah Al-Mulk secara berulang.
- Memahami (Understanding): Santri memahami arti dan tafsir dari ayat yang dihafalkan. Misalkan santri mengetahui bahwa Surat Al-Mulk berisi tentang kekuasaan Allah, kehidupan setelah mati, dan peringatan tentang azab bagi orang-orang kafir. Surat ini termasuk golongan surat Makkiyah, yaitu surat yang diturunkan di Mekah.
- Menerapkan (Applying): Santri menggunakan ayat-ayat tersebut dalam doa, ceramah, atau menjelaskan kepada orang lain.
- Menganalisis (Analyzing): Santri membandingkan makna ayat Al-Mulk dengan ayat lain yang membahas tema serupa (misalnya tentang kekuasaan Allah).
- Mengevaluasi (Evaluating): Santri mendiskusikan bagaimana kandungan Surah Al-Mulk bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
- Mencipta (Creating): Santri membuat karya, seperti tulisan, video, atau ceramah tentang pesan yang terkandung dalam Surah Al-Mulk.
Manfaat Penggunaan Taksonomi Bloom dalam Hafalan Al-Qur'an antara lain :
- Santri tidak hanya menghafal, tetapi juga memahami makna ayat.
- Santri bisa menerapkan nilai-nilai Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.
- Pembelajaran menjadi lebih aktif dan mendalam, tidak sekadar hafalan mekanis.
- Santri bisa berpikir kritis terhadap hubungan ayat dengan dunia modern.
Jadi, Taksonomi Bloom sangat cocok diterapkan dalam hafalan Al-Qur'an di pondok pesantren agar santri tidak hanya hafal, tetapi juga memahami dan mengamalkan Al-Qur'an secara lebih baik.
Dus, dengan memahami Taksonomi Bloom, pendidik dapat merancang pembelajaran yang lebih efektif dan sesuai dengan tingkatan kognitif yang ingin dicapai. Konsep ini membantu siswa untuk tidak hanya mengingat informasi, tetapi juga mampu memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan akhirnya dapat mencipta sesuatu yang baru.
Metode pembelajaran ini dapat mendorong pemikiran analitis, kritis serta kreatif sehingga memberikan bekal bagi anak muda mempersiapkan diri mengahadapi tantangan dan dinamika kehidupan secara nyata.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI