Fortuna adalah hal-hal yang tidak dapat kita kontrol, seperti nasib, pendapat orang lain, cuaca, penyakit, atau kematian. Ini termasuk peristiwa dari luar yang tidak dapat kita kontrol.
Virtue, yaitu hal-hal yang kita kendalikan sepenuhnya, seperti pikiran kita, sikap kita, nilai moral kita, dan apa yang kita lakukan. Menurut stoikisme, inilah inti dari kebahagiaan sejati.
Askesis dalam Kehidupan Marcus Aurelius
Melalui askesis, seseorang seperti Marcus Aurelius mampu mengendalikan pikiran dan emosi, menjaga ketenangan di tengah tekanan, serta meraih kebijaksanaan dan kestabilan jiwa yang menjadi teladan bagi pemimpin modern dalam membangun ketahanan emosional.
Memisahkan Dua Hal : Fortuna dan Virtue dalam Filsafat Stoikisme
Fortuna (Nasib) -- Hal-hal yang Tidak Dapat Kita Kendalikan
Fortuna merujuk pada hal-hal yang datang dari luar, seperti takdir, keberuntungan, cuaca, atau status sosial, yang memengaruhi kehidupan seseorang, tetapi tidak dapat kita kontrol.
Virtue (Kebajikan) -- Hal-hal yang Dapat Kita Kendalikan
 Kebajikan dalam filsafat Stoik didefinisikan sebagai hal-hal yang dapat kita kontrol, seperti pikiran, sikap, dan tindakan kita.  Marcus Aurelius menekankan bahwa kendali atas pikiran dan emosi, bukan sumber daya luar, adalah kunci untuk ketenangan dan makna hidup.
Contoh Kasus : Penerapan dalam Kehidupan
Dalam kehidupan sehari-hari, seperti saat pegawai yang telah berusaha keras tetapi gagal dipromosikan karena keputusan pimpinan, terjadi dua hal: keputusan dan hasil promosi merupakan elemen Fortuna, yakni aspek di luar kendali kita, sedangkan sikap profesional, jujur, serta kerja keras adalah Virtue, yaitu hal-hal yang bisa kita kendalikan. Filsafat Stoik mendorong kita untuk menerima hal yang tidak dapat diubah (Fortuna) dan tetap berupaya menjalankan kebajikan (Virtue) dengan kesadaran dan pengendalian diri. Metode Askesis menguatkan kemampuan ini. Seperti kata Marcus Aurelius, sumber gangguan batin bukan pada peristiwa eksternal, melainkan penilaian kita terhadap peristiwa itu.