Marcus Aurelius, filsuf Stoikisme, dikaitkan dengan konsep "Conversio". Â Secara sederhana, konversi adalah metode refleksi diri yang dimaksudkan untuk membantu seseorang melakukan transformasi batin. Ini sejalan dengan prinsip-prinsip Stoikisme, yang berpendapat bahwa kekuatan sejati berasal dari dalam diri seseorang, bukan dari pengendalian dari sumber luar.
Conversio dalam Pemikiran Marcus Aurelius
Menurut Marcus Aurelius, "Conversio" dalam Stoikisme adalah proses transformasi batin yang memperkuat ketahanan mental dan kedamaian batin dengan mengubah reaksi negatif menjadi sikap tenang dan menerima keadaan. Ini karena kebahagiaan sejati bergantung pada pengendalian emosi dan penilaian rasional.
Dalam karyanya Meditations, Marcus Aurelius menulis:
"If you are distressed by anything external, the pain is not due to the thing itself, but to your estimate of it; and this you have the power to revoke at any moment."
Menurut Marcus Aurelius, penderitaan bukan berasal dari kejadian luar, melainkan dari cara kita menilainya. Karena penilaian itu bersifat subjektif, kita memiliki kendali penuh untuk mengubahnya kapan saja. Dengan mengendalikan pikiran, kita bisa mencapai ketenangan dan kebebasan emosional.
Sebagai contoh, bayangkan jika saat berkendara di jalan raya, tiba-tiba seseorang menyalip dan marah-marah tanpa alasan yang jelas.
Reaksi awal yang biasanya muncul seperti rasa marah, tersinggung ataupun rasa ingin membalasnya. Namun, seseorang yang telah dilatih dalam Conversio menurut ajaran Marcus Aurelius akan berhenti sejenak dan mempertimbangkan situasi secara rasional. Ia menyadari bahwa ia tidak dapat mengontrol perilaku orang lain, tetapi ia dapat mengontrol cara berpikir dan reaksinya sendiri.
Metode Latihan (Askesis) -- Memisahkan Dua Hal antara Fortuna dan Virtue
Makna dan Tujuan Askesis
Askesis, yang berasal dari kata Yunani "sksis", yang berarti latihan diri, adalah teknik mental dan spiritual yang digunakan oleh filsuf Stoik untuk mencapai kebijaksanaan dan ketenangan batin. Â Latihan ini mengajarkan seseorang mengendalikan pikiran dan emosi mereka untuk tetap rasional saat menghadapi kesulitan.Dalam hal ini, Marcus Aurelius mengajarkan konsep pemisahan antara dua hal penting: