Mohon tunggu...
Keisya Annida
Keisya Annida Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Nusa Putra Sukabumi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Manajemen

Kesuksesan hanyalah milik mereka yang mau berjuang.

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia Resmi Resesi di Tahun 2020? Apa Penyebab dan Dampak Bagi Masyarakat?

23 November 2020   21:47 Diperbarui: 28 Desember 2020   08:40 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Perekonomian di Indonesia sering mengalami penaikan dan penurunan disetiap tahunnya. Seperti halnya pada tahun ini, di  mana perekonomian semakin menurun karena sebab adanya wabah penyakit Covid-19 yang membuat pertumbuhan ekonomi menjadi tehambat. Pandemi masih menjadi faktor utama yang menentukan kondisi ekonomi di Indonesia, hal ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dengan konsumsi.

Pada hari Kamis (05/11/2020), Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) RI pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen (year on year/yoy). Dengan demikian Indonesia resmi masuk ke jurang resesi, setelah pada kuartal II-2020 ekonomi RI juga terkontraksi alias negatif.

Jika dibandingkan kuartal II-2020, realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebenarnya telah membaik. Namun, karena pertumbuhan ekonomi di Indonesia ini telah terkontraksi (negatif) selama dua kuartal berturut-turut. Pasalnya, pada kuartal II lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi yang cukup dalam, yakni mencapai minus 5,23 persen.

Seperti apa yang sudah kita ketahui, dikutip dari detikfinance pengertian dari resesi sendiri adalah suatu kondisi ketika roda ekonomi sedang istirahat. Ketika ekonomi sedang istirahat maka perputaran roda ekonomi akan melambat atau bahkan berhenti.

The National Bureau of Economic Research (NBER) mendefinisikan resesi sebagai penurunan yang signifikan dari kegiatan ekonomi secara merata. Kondisi itu berlansung lebih dari beberapa bulan yang biasanya tercermin dalam produk domestik bruto (PDB), idikator pendapatan riil, lapangan kerja, tingkat produksi industri, hingga penjualan di tingkat eceran atau konsumsi masyarakat.

Menilik dari pengertian tersebut ternyata Indonesia telah resmi masuk ke jurang resesi untuk pertama kalinya sejak tahun 1999. Ternyata masuknya Indonesia pada jurang resesi ekonomi sudah dipastikan oleh pemerintahan. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperkirakan pertumbuhan ekonomi minus sekitar 3 persen pada kuartal III di tahun 2020.

"Pada kuartal III ini, kita juga mungkin sehari, dua hari, tiga hari akan diumumkan oleh BPS, juga masih berada di angka minus. Perkiraan kami minus 3 persen, naik sedikit," ujar Presiden Jokowi saat membuka Sidang Kabinet Paripurna.

Penyebab perekonomian Indonesia kembali terkontraksi dan resmi masuk ke jurang resesi, pertama yaitu guncangan ekonomi secara tiba-tiba yang dapat menimbulkan kerusakan dalam masalah finansial secara serius, baik itu untuk individu, kelompok, bahkan negara. Seperti halnya pada tahun ini, wabah penyakit Covid-19 yang menyebarluas di seluruh dunia menjadi pemicu utama pertumbuhan ekonomi. 

Mulai dari harga migas yang turun, jumlah wisatawan pun merosot tajam, yakni yoy 30,26 persen. Penurunan ini sudah terjadi sejak Februari, penurunan wisatawan ini kemudian berdampak ke pariwisata dan sektor pendukungnya. 

Tak hanya itu, beberapa negara pun menerapkan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk menekan jumlah angka persebaran Covid-19, seperti lockdown di sejumlah negara dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sudah diterapkan oleh pemerintah Indonesia pada bulan-bulan lalu, di mana kebijakan itu pun sudah diterapkan di berbagai kota diseluruh Indonesia, seperti Sukabumi yang juga menerapkan kebijakan pemerintahan tersebut. Selain itu, terjadi juga kontraksi perdagangan Indonesia dengan sejumlah mitra dagang yang telah bekerjasama sejak lama dengan Indonesia, seperti China dan Amerika Serikat (AS).

"Misalnya Tiongkok merupakan tujuan utama ekspor Indonesia karena porsinya sampai 15% pada triwulan I-2020 alami kontraksi dalam 6,8%, AS ekspor kita ke sana menempati posisi kedua pada triwulan I-2019 masih 2,7% tetapi triwulan I-2020 tumbuh 0,2%, begitu juga Singapura, Korsel melambat sedikit ke 1,3%," jelas Suhariyanto Kepala BPS.

Penyebab yang kedua setelah guncangan ekonomi tiba-tiba yaitu utang yang berlebihan, hal ini sangat mempengaruhi dalam masalah perekonomian, mulai dari individu, kelompok, bahkan negara. Apalagi jika individu atau sebuah bisnis tidak mampu membayar tagihan terhadap utang-utangnya, itu akan menambahkan masalah baru, misalnya kesenjangan sosial. Meningkatnya default utang dan kebangkrutan dapat dengan mudah membalikan kondisi perekonomian di sebuah negara.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara membeberkan beberapa dampak yang mungkin akan terjadi di masyarakat setelah Indonesia resmi masuk ke  jurang resesi. 

Pertama, kata dia, akan terjadinya penurunan pendapatan di kelompok masyarakat menengah dan bawah secara signifikan. Hal ini akan menimbulkan orang miskin baru. "Selain itu, desa akan jadi tempat migrasi pengangguran dari kawasan industri ke daerah-daerah karena gelombang PHK massal," ujar Bhima kepada Kompas.com, Kamis (5/11/2020).

Selanjutnya, kata Bhima Yudhistira, angkatan kerja baru akan makin sulit bersaing karena lowongan kerja yang semakin menurun. Sementara itu, perusahaan kalaupun melakukan rekruitment akan prioritaskan karyawan lama yang sudah berpengalaman. 

"Masyarakat cenderung berhemat untuk membeli barang sekunder dan tersier. Fokus hanya pada barang kebutuhan pokok dan kesehatan," ungkapnya secara lugas. Dampak lainnya, yakni meningkatnya konflik sosial di masyarakat karena ketimpangan semakin lebar. "Orang kaya bisa tetap survive, selain karena aset masih cukup juga karena digitalisasi. Sementara kelas menengah rentan miskin tidak semua dapat melakukan WFH, disaat yang bersamaan pendapatan menurun," ungkapnya lagi.

Adapun beberapa dampak lain yang mungkin dapat terjadi jika sebuah negara telah resmi masuk ke jurang resesi, yang pertama jumlah pengangguran meningkat, dapat kita lihat jika ketika pendapatan penjualan dan laba yang diperoleh oleh perusahaan mengalami penurunan drastis, maka kebijakan standar yang umumnya diambil oleh perusahaan adalah mengurangi jumlah karyawan. 

Langkah ini dilakukan untuk meminimalisir biaya dan meningkatkan laba. Artinya, akan terjadi PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) secara massal. Hal ini dapat saja terjadi jika kondisi ekonomi tidak segera membaik. Selain itu, dampak yang mungkin saja akan terjadi selanjutnya yaitu produksi atas barang dan jasa juga merosot sehingga menurunkan PDB nasional.

Melihat keadaan ekonomi di Indonesia yang semakin genting, tentunya kita sebagai warganegara tidak boleh tinggal diam menerima nasib yang sedang terjadi, kita seharusnya memperbaiki dan harus siap dalam menghadapi keadaan ketika negara sedang mengalami resesi. Salah satu hal yang harus dipersiapkan dalam menghadapi resesi ekonomi adalah mengubah pola konsumsi, ketika keadaan ekonomi sedang tidak stabil alangkah baiknya kita dapat menyesuaikan dengan keadaan tersebut, seperti halnya kita harus mampu berhemat dalam mengkonsumsi barang primer dan sekunder. Utamakan kebutuhan pokok sehari-hari.

Dalam menghadapi keadaan ekonomi yang sedang mengalami resesi  di tahun pandemi ini, seharusnya kita mampu dan siap untuk menghadapinya dan mengubahnya menjadi lebih stabil lagi. Jangan biarkan negara ini terus mengikis karena tidak ada pergerakan sama sekali di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun