Mahasiswa baru, seringkali mendapati tantangan besar dalam hal adaptasi dengan lingkungan baru kampus. Namun, mahasiswa baru dari perantauan juga memiliki tantangan yang tidak kalah besar. Mereka harus menghadapi tantangan akademik, perubahan lingkungan yang drastis, dan rasa kesepian,
Tantangan akademik di lingkup perguruan tinggi mampu menjadi beban yang berat bagi mahasiswa yang tinggal di perantauan. Materi pembelajaran di perguruan tinggi yang lebih rumit dari pembelajaran di Sekolah Menengah Atas, tugas-tugas akademik seperti makalah dan proyek yang tidak dapat selesai hanya dalam waktu singkat, dan persaingan ketat, mampu menjadi sumber stres yang sangat serius.
Perubahan drastis dalam lingkungan juga menuntut mahasiswa baru dari perantauan untuk cepat beradaptasi. Mereka harus belajar untuk mampu mengelola waktu, uang, dan tanggung jawab mereka sendiri tanpa peran orang tua, keluarga, dan teman-teman lama yang berada jauh dari kota perantauan.
Selain itu, rasa kesepian seringkali dirasakan juga oleh mahasiswa baru yang tinggal di perantauan. Tekanan akademik dan adaptasi dengan lingkungan baru membuat mereka kelelahan dan merindukan dukungan emosional dari orang tua, keluarga, dan teman-teman lama.
Tingkat stress dan cemas yang tinggi yang dipicu oleh tantangan akademik, perubahan lingkungan, dan rasa kesepian mampu berdampak negatif bagi mahasiswa baru di perantauan. Hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan nilai akademik, stress, depresi dan  lebih parah lagi mampu mengarah ke tindakan bunuh diri.
Oleh karena itu, sangat penting bagi mahasiswa untuk memiliki strategi penanganan pribadi untuk mengelola kesehatan mental agar tetap terjaga. Berikut merupakan beberapa strateginya!
1. Membangun Relasi Baru yang Sehat
Mahasiswa baru di perantauan perlu dengan aktif membangun berbagai relasi yang sehat, seperti klub maupun organisasi mahasiswa. Strategi ini mampu menjauhkan mahasiswa dari rasa kesepian.
2. Menyeimbangkan antara Akademik dan Kesehatan Mental
Meluangkan waktu untuk beristirahat, meditasi, berolahraga, dan memberikan hadiah untuk diri sendiri mampu menurunkan Tingkat stress yang disebabkan oleh tekanan akademik.
3. Berkomunikasi dengan Keluarga dan Teman
Mencurhkan isi hati, keluh, dan kesah merupakan hal manusiawi. Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk mengurangi beban pikiran dan mengelola kesehatan mental agar tetap terjaga.
4. Menghubungi Bantuan Ahli Profesional
Dengan bantuan ahli professional seperti psikolog, psikiater, dan konselor, mahasiswa bisa lebih mengetahui cara mengatur emosi dan mengatasi stress. Ahli professional juga mampu memberikan obat yang tepat untuk mengatasi permasalahan kesehatan mental yang dialami.
Masyarakat harus turut andil untuk meningkatkan kesadaran kepada sesama bahwa kesehatan mental mahasiswa di perantauan juga sama pentingnya dengan kesehatan fisiknya. Mereka mengalami masalah serius yang harus diperhatikan. Untuk mengatasi stress, depresi, dan kesepian tersebut mahasiswa perlu bantuan, baik dukungan dari keluarga, teman, maupun ahli professional.