Mohon tunggu...
Saiful Bahri. M.AP
Saiful Bahri. M.AP Mohon Tunggu... Peminat Masalah Sosial, Politik dan Kebijakan Publik

CPIS - Center for Public Interest Studies

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Membaca dan Memahami Perang Tarif

22 April 2025   09:45 Diperbarui: 22 April 2025   14:33 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.ft.com/content/5d1b00e8-f0be-11e8-ae55-df4bf40f9d0d

Perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok telah berlangsung sejak 2018 dan semakin menunjukkan kedalaman serta dampaknya terhadap perekonomian global. Perang tarif ini adalah bagian dari upaya besar untuk me-redefinisi tatanan dunia, dengan dua kekuatan besar yang saling bersaing dan berusaha memimpin serta mengendalikan arah global.

Konflik Perdagangan yang Berakar pada Supremasi Global

Pada dasarnya, perang tarif ini bukan hanya tentang mengurangi defisit perdagangan atau melindungi pasar domestik. Ini adalah perebutan supremasi yang lebih dalam antara dua kekuatan ekonomi utama dunia. AS, yang telah menjadi penguasa ekonomi global pasca-Perang Dunia II, menghadapi tantangan dari Tiongkok yang muncul sebagai pesaing serius dengan model ekonomi yang sangat berbeda.

AS menganggap Tiongkok sebagai ancaman karena kebangkitan negara ini, yang didorong oleh kebijakan industri berbasis negara dan kekuatan finansial yang semakin besar. Sementara itu, Tiongkok melihat upaya AS ini sebagai bentuk proteksionisme yang tidak adil, yang menghalangi upaya mereka untuk mengukuhkan posisi sebagai pemimpin ekonomi dunia di abad ke-21.

Teknologi sebagai Kunci Perang

Salah satu elemen yang sangat penting dalam perang tarif ini adalah persaingan dalam sektor teknologi. Dari semikonduktor hingga kecerdasan buatan (AI), teknologi adalah medan tempur utama. Semikonduktor dan komponen teknologi lainnya, yang merupakan inti dari hampir semua produk elektronik, kendaraan listrik, dan sistem pertahanan canggih, telah menjadi salah satu objek tarif terbesar.

Tiongkok berambisi mengurangi ketergantungan pada teknologi Barat melalui kebijakan Made in China 2025, yang bertujuan untuk menguasai sektor-sektor teknologi canggih. AS, di sisi lain, berusaha memperlambat laju inovasi Tiongkok dengan menerapkan tarif yang lebih tinggi pada produk teknologi dan meningkatkan pembatasan ekspor terhadap teknologi tinggi seperti chip semikonduktor.

Perang tarif ini lebih dari sekadar soal biaya impor atau ekspor, tetapi berkaitan erat dengan persaingan untuk mengendalikan masa depan teknologi global. Jika Tiongkok dapat mempercepat pengembangan semikonduktor dan AI secara mandiri, maka dominasi AS dalam sektor-sektor tersebut akan terancam. Sebaliknya, jika AS dapat mempertahankan keunggulannya di sektor ini, maka mereka dapat terus memimpin dalam perekonomian digital global.

Geopolitik dan Fragmentasi Ekonomi Global

Perang tarif ini juga memperlihatkan perpecahan geopolitik dan fragmentasi ekonomi yang lebih luas. Negara-negara di dunia kini dihadapkan pada pilihan yang sulit: mendukung kebijakan AS atau menjalin hubungan yang lebih kuat dengan Tiongkok. Negara-negara berkembang di Asia, Afrika, dan Amerika Latin berada di tengah ketegangan ini, merasakan dampak langsung dari kebijakan perdagangan yang terpecah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun