Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Maya

9 Agustus 2025   18:51 Diperbarui: 9 Agustus 2025   18:51 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Memelukmu hangat
Begitu erat
Kedua belah tanganku menempel di punggungmu yang ramping
Mengusapnya lembut
Dua bulir tetes air mata bening mengalir jatuh di dadaku
Berasa sangat lalu meresap
Menyiratkan sayang nan tak tergantikan
Hati-hati di rantau orang kak ..
Bisikmu lembut terbata
Aku mengangguk pelan menyimpan kesedihan, berusaha kuat
Sepersekian detik berlalu
Kenapa waktu demikian cepat pergi
Mulai esok, tak ada lagi sapa dan tawa manjamu
Tak akan ada lagi kata, "kak, jemput .."
Perlahan kulepaskan pelukan
Sedikit memaksa memang .., kurasakan waktu serasa membeku
Langit menjadi gelap

Mas, mas .. turun dimana?
Hentak sang sopir angkot tergesa di lampu merah
Aku terhenyak, kiranya tinggal aku seorang di dalam angkot kota ..
Dik, besok aku pulang .. gumamku lirih dalam hati
Kerinduan, ternyata tak dapat diseka hanya dengan saputangan.


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun