Mohon tunggu...
kodar akbar
kodar akbar Mohon Tunggu... Musisi - penikmat musik tradisional dan musik anak

sedikit bicara banyak berkerja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendekatan Dialogis pada Anak

16 April 2018   11:31 Diperbarui: 16 April 2018   11:49 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pendekatan dialogis merupakan salah satu hal yang mudah di kerjakan, namun hal ini juga yang menjadi beban orng tua dikarenakan tak semua orang tua memiliki cara pendekatan dialogis yang baik. Hal ini yang membuat sulitnya anak memahami orang tua dan orang tua juga sulit memahami anak karena belum ada keserasian dalam berdialog. Sedikit cerita tentang masalah dialogis pada anak yaitu ketika anak baru menginjak jenjang sekolah. Biasanya awal anak bersekolah ada yang langsung mengikuti dan ada yang nangis. Awalnya anak memang masih canggung terhadap sekolah mangkanya dia nangis di hari pertama. Peran orang tualah di sini sangat penting dengan cara memberi pengertian tentang sekolah pada anak secara tanya jawab.

            Saya akan menceritakan sebuah cerita tentang anak di Australia yang memiliki keberhasilan berdialog dengan orang tua. Anak tersebut bernama Cica, dia anak yang pendiam dan mudah malu. Pada awal dia masuk sekolah dia menangis dengan sangat kencang. Di situ sang ibu memberikan sedikit pengetian tentang sekolah. Setelah berjalan 2 hari Cica sudah tidak nangis namun minta orang tuanya untuk menunggu di dalam kelas. 

Progress cica bersekolah samakin baik dan meningkat, setelah berlangsung 4 minggu dia sudah bisa mengikuti dan bergaul dengan teman-temanya, di sini dia semakin bisa beradaptasi dengan teman-temanya dan sekolah memberi fasilitas playground yang membuat dia semakin senang. Di dalam 1 bulan Cica sudah tidak mau lagi di tunggui ibunya lagi di kelas. Tinggalah ibunya yang sejenak terdiam melihat perkembangan pesat putrinya. Masih jelas dalam ingatan ibu ketika minggu pertama dia masuk sekolah betapa galaunya Cica ketika saya melambaikan tangan dan berpamitan pulang.

            Layaknya anak-anak kebanyakan Cica pun makin sering bertanya ini dan itu, baik seputar pelajaran di sekolah hingga pengalaman-pengalaman baru yang ia dapatkan. Pertanyaan demi pertanyaan tak terduga senantiasa muncul. Mulai dari pertanyaan yang mengundang tawahingga pertanyaan yang betul-betul membutuhkan jawaban yang berkaitan dengan pelajaran sekolah dan alam semesta. Saya sangat yakin hal ini adalah juga bagian dari hasil stimulisasi yang di ajarkan di sekolah. Sang ibu berusaha memilih kata-kata yang sederhana agar mudah dimengerti oleh anak seusia Cica. Hingga tibalah pada satu pertanyaan sekaligus permintaan dari Cica.

            "Mum...can I wear the jilbab to school?"

            "are you sure??"

            "yeah...some friends like Hana, Fatimah, Sera and other muslim girls in my school wear the jilbab already"

 Sangat bersukur dalam hati saya. Tanpa harus memaksakan jilbab padanya tutur seorang ibu. Term kedua pun di mulai, Cica pun datang dengan penampilan baru menggunakan hijab. Subhanallah, begitu indahnya jika banyak orang bisa menghargai perbedaan seperti ini. sekalipun sebagian besar mereka memiliki keyakinan yang berbeda tapi mereka tetap menghargai dan memberi apresiasi. 

Yang tak kalah penting lagi adalah tebangunnya komunikasi yang baik melalui dialog-dialog antara parent dan teachers, yang merupakan langkah awal untuk membangun sekolah kearah yang lebih baik. Salah satunya adalah "parent interview" setiap enam bulan sekali yang diadakan sekolah. Sekolah mengorganisir jadwal masing-masing orang tua untuk bisa datang dan berbincang-bincang dengan para guru terutama guru kelas seputar perkembangan anak selama enam bulan terakhir dan memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun