Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer

Best in Opinion Nominee Kompasiana Award 2021

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ghosting dan Hal yang Paling Sering Dilupakan Orang

8 Maret 2021   23:50 Diperbarui: 9 Maret 2021   02:11 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mari Bicara Cinta (Foto oleh Kazena Krista)

Izinkan saya nyinyir di awal tulisan ini dengan berkata: 

jika bukan anak presiden atau orang tersebut dikenal secara luas di masyarakat, saya yakin, perihal ghosting ini tidak terlalu banyak mendapat porsi "panggung" untuk digunjingkan!

Percayalah.       

Kena deh elu!

Mungkin itu tiga kata yang cocok diberikan pada saya ketika menulis ini. Bagaimana tidak, saya awalnya tidak terlalu tertarik untuk membahas perihal ghosting ini sekalipun admin Kompasiana sudah "menggoda" para Kompasianers lewat rubrik "Topik Pilihan" yang sudah nangkring beberapa hari sebelumnya. Tapi, ini momentum. Lagipula saya sudah greget. Nyampah di Kompasiana mungkin adalah cara saya meredam rasa greget itu. Kepalang basah pikir saya.

Sebelumnya saya ingin mewanti-wanti untuk siapa saja yang membaca tulisan saya ini agar setelah membaca nanti jangan lekas merasa baper ya, sewot atau segala macamnya. Saya hanya ingin berpendapat. Boleh jadi kamu memang tak sepakat. Namun, kita adalah manusia yang merdeka dalam berpikir. Jadi, saya harap kamu tidak misuh di pojokan setelahnya. Saya tidak membela siapa-siapa. Saya ingin membagikan "formula" pencegahannya.

Adalah Kaesang, kang pisang yang tersohor itu yang buat gonjang-ganjing ini bermula. Tersebutlah nona manis Felicia yang kena getahnya. Jagat mayantara heboh, yang mendukung dan yang mencela sama-sama banyak dari dua pihak yang sedang dirundung masalah asmara ini. Bahkan Jokowi, bapak si kang pisang yang bertempat tinggal dan berkantor di istana negara—melalui stafnya—ikut angkat bicara menyoal anak bungsunya itu.

Secara muasal kata, saya tidak akan membahasnya di sini. Biarkan itu jadi bagian Daeng Khrisna Pabichara. Beliau sangat jelas dalam paparannya mengenai itu. Sila cari di kolom "Bahasa" di akun beliau menyoal ghosting ini. Pun saya tercerahkan oleh beliau.

Baiklah, mari kita mulai.

Jatuh cinta berjuta rasanya—saya harap kamu membacanya tidak sambil bernyanyi apalagi diiringi dengan berjoget—dan prosesnya adalah adaptasi.

Membangun hubungan ya begitu. Pun saya atau kamu; kita.

Versi saya sedikit berlebihan sih, menikmati cinta sama dengan membangun terbentuknya hormon-hormon bahagia dalam tubuh manusia: dopamin, serotonin, oksitoksin dan endorfin.

Cinta membuat segalanya indah. Ia berbicara perihal seseorang yang nangkring di kepala. Ia tak lelah bermain-main. Segala tentangnya menyita perhatian. Segala tentangnya membuat kita rela membuang-buang waktu meski kita tolak untuk dianggap "sia-sia".

Ya, begitulah cinta.

Tapi, ada satu hal yang sering dilupakan orang sebelum memutuskan menikmati cinta—dan membangun hubungan itu sendiri.

Apa itu?

Manusia sering alpa bahwa dalam menikmati cinta dan membangun hubungan, happy dan unhappy adalah bagian yang tak terpisahkan; manusia seringkali tidak siap merasakan sedih atau kecewa jika cinta itu tak sesuai harapan atau di lain kisah sebutlah dengan lantang: patah hati.

Manusia sering terlihat bodoh di sini!

Itulah cinta, kadang-kadang tak ada logika kalau kata Agnes Mo—dan menyoal cinta agak aneh kalau menyinggung etika.

Memang etika macam apa yang harus diminta jika si pelaku ghosting sudah raib dari peredaran?  Memang etika macam apa yang harus dipertanggungjawabkan jika si pelaku ghosting memilih untuk tidak menghiraukan—alih-alih peduli?

Bagimu mungkin kamu mengalami kerugian. Baginya belum tentu. Boro-boro merasa rugi, ngerasa bersalah aja ngga. Limit pikir dalam kepalamu tidak bisa sekonyong-konyong mendapat tempat dalam kepala si pelaku ghosting. Maaf jika saya terlalu keras dalam hal ini.

Kamu tidak bisa, kawan. Kamu tidak bisa mengontrol isi kepala—dan hati—seseorang. Isi kepala—dan hati—bisa berubah; dia bisa berubah.

Tapi, kita bisa mengontrol isi kepala—dan hati—kita!

Caranya?

Jangan mudah baper.

psx-20210308-222405-6046536de32c476f396d12c2.jpg
psx-20210308-222405-6046536de32c476f396d12c2.jpg
Kotak Angpau Kondangan Bentuk LOVE (Foto oleh Kazena Krista)

Ini mencegah kamu dari perbuatan pelaku ghosting dikemudian hari.

Seandainya pun kamu terlanjur baper karena kelewat cinta karena dihujani perhatian (dan pada akhirnya memilih membangun sebuah hubungan dengan orang yang kamu sayang itu), kasih satu ruang dalam kepala kamu—meskipun itu sangat kecil dan sempit—untuk berpikir logis; atau kalau perlu berikan peringatan keras untuk satu kemungkinan terburuk: perpisahan.

Tanyakan semua kemungkinan paling pahit yang menyertainya. Buat kamu yang sudah tahunan membangun hubungan tanyakan: siapkah kamu nanti jika hubungan itu tidak berjalan mulus? siapkah kamu jika hubungan itu bubar dengan banyak alasan seperti: tidak cocok lagi, perkara restu, beda adat-istiadat—atau beda agama?—atau karena dia selingkuh? Untuk kamu yang masih tanpa status: siapkah kamu dia pergi tanpa kabar?

Saya yakin, kamu akan sepakat kalau saya bilang membangun hubungan itu tidak melulu soal cinta-cintaannya saja. Jangan naif. Saya tidak kasih panggung naif di sini!

Kalau terlanjur sudah membangun satu hubungan, saya—ini saya lho ya—mending terima bulat-bulat ucapan "kita udahan ya" disertai dengan alasan-alasan sekalipun itu tidak berfaedah nantinya untuk didengar kemudian bubar jalan daripada saya ditinggal ghosting yang berujung teka-teki dan membuat saya bertanya-tanya, layaknya yang dialami nona manis Felicia ini.

Setidaknya, dia—yang kata kamu si penjahat cinta itu—memberi kamu kesempatan untuk menata hati setelah ditinggal pergi. 

Lha kalo di-ghosting?

Tulus itu memang diperlukan dalam mengundang seseorang untuk membangun sebuah hubungan. Tapi, siap untuk mengelola hati dari kemungkinan terburuk ditinggal pergi saat masih sayang-sayangnya, itu perkara lain. Patah hati tidak menerima garansi. Itu tanggung jawab kamu sendiri.

Love for relationship kata orang-orang. Tapi, pertanyaannya "does it work?" or "is it enough?"

Jadi mari peduli cerdas dari sekarang, kawan. Karena kamu tidak pernah tahu kapan dia berhenti bucin terhadap kamu!

Begitulah.

Akhir dari tulisan singkat saya ini, izinkan saya mendendangkan lirik Budi Doremi kesayangan saya Satu Hari yang Cerah—satu bait saja:

Kau ceritakan dongeng dunia penuh dengan cinta yang tak terlupakan...

Ups.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun