Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer

Best in Opinion Nominee Kompasiana Award 2021

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Choose to Challenge dan 3 Hal yang Bisa Perempuan Ubah

7 Maret 2021   11:30 Diperbarui: 8 Maret 2021   02:58 1642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Para Perempuan (Sumber Unsplash.com/Foto oleh Omar Lopez)

Tolak perasaan minder atau tak percaya diri. Identifikasilah self love itu dan berikanlah terlebih dulu terhadap diri sendiri setelah itu baru terhadap orang-orang di sekitar.

Perempuan yang merenung (Sumber Unsplash.com / Foto oleh Molly Belle)
Perempuan yang merenung (Sumber Unsplash.com / Foto oleh Molly Belle)

#2 Berhenti untuk terlihat mampu demi orang lain.

Segala proses dan pencapaian tiap perempuan berbeda. Karena boleh jadi memang tiap perempuan tidak berangkat dari titik mula yang sama. 

Jadi berhenti untuk terlihat "selalu" mampu pada apa yang sebenarnya memang belum mampu dilakukan. Namun, belajarlah pelan-pelan. Nikmati prosesnya. Hargai hasil akhirnya—apapun itu.

#3 Berhenti untuk saling menjatuhkan sesama perempuan.

Berhenti jadi hakim atas sesama perempuan—terhadap apa yang bukan jadi urusan kita. Berhenti untuk menjelekkan sesama perempuan karena ia tidak cantik atau karena ia belum cakap dalam mengerjakan sesuatu contohnya, atau karena ia belum mampu melakukan pencapaian-pencapaian yang luar biasa gemilang—atau karena ia telah melakukan sesuatu yang dinilai kurang baik atau kurang pantas di masa lalu.

Percayalah tak ada satupun gender di muka bumi ini yang mau diperlakukan demikian (termasuk perempuan)—menjatuhkan bukanlah pembenaran. Jangan jadi "Tuhan" atas kelemahan, kesalahan—atau bahkan dosa perempuan lain.

Choose to Challenge adalah tema, sejatinya hanyalah cara-cara agar perempuan kian setara di mata masyarakat dan di mata dunia yang memungkinkan perempuan untuk tetap mempertahankan eksistensinya. 

Daya gedornya tentu saja adalah diri perempuan itu sendiri tentang bagaimana ia harus bergerak dinamis dalam tiap perjalanan hidup yang dilakoni. 

Pada akhirnya, mimpi besar perempuan tentang kesetaraan bukanlah mimpi di siang bolong—meskipun jalan menuju ke sana sangat terjal dan memerlukan daya juang yang tak sedikit—namun itu bisa terwujud jika perempuan mampu mengalahkan dirinya terlebih dahulu. Bahu-membahu.

Selamat memperingati momentum 8 Maret. Selamat berefleksi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun