Mohon tunggu...
Abdul Harris
Abdul Harris Mohon Tunggu... - -

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Bakti Sosial: Jalan 'Sepi' Pengabdian

4 Januari 2018   20:36 Diperbarui: 4 Januari 2018   20:52 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkait motivasi anak-anak kedokteran untuk bergabung dengan HMI, memang sudah kami perbincangkan sewaktu masih ada di feri menuju Kota Masohi, saya sangat bangga dengan bang Ofan beserta adik-adik komisariatnya. Kata bang Ofan, dulu HMI tidaklah sekuat sekarang dalam hal proses kaderisasi sampai distribusi kader pada lembaga-lembaga internal eksternal. 

Karena usaha dari para seniornya, maka sekarang di fakultas kedokteran UMI  jika tidak bergabung dengan HMI, maka yang tidak akan menjadi minoritas. Kata si Gifar dan Heldi, sekitar 70-80% banyak anak-anak kedokteran yang bergabung dengan HMI. Saya sangat terkesan dengan Gifar dan Heldi, walaupun sementara KOAS, mereka rela meninggalkan pendidikan profesi mereka menjadi dokter demi banak hal.

Saya dan bang Ofan juga bercerita bannyak mengenai proses kedepan. Saya juga memiliki harapan besar jika suatu saat, saya bang Adit, bang Ofan,  bang Ari, Heldi dan Gifar, akan dipertemukan kembali dalam kerja-kerja berikutnya.

Perjalanan saya dan bang Ofan pada malam itu sangat menyenangkan, kami tidak ngantuk sama sekali, tak disangka sudah pagi, dan kami juga belum sampai di jalan pertigaan, sekitar 1 jam bang Ofan menancapkan gas untuk memburu wakktu. 

Saat bisa dikatakan perjalanan kami semua adalah memburu waktu. Akhirnya dalam kecepatan, kestabilan dan kehatian-hatian, kami sampai di pertigaan, dan langsung tancap kembali ke Gemba. Saat itu bang Ofan singgah di desa Hualooy, asal kampung ibunya, untuk memanggil sopir dari ibunya bang Ofan untuk menggantikan  bang Ofan. Yahh memang, perjalanan itu sangat melelahkan. 

Saat itu sopirnya langsung menggantikan bang Ofan, saya dan bang Ofan baring-baring sebentar. Sekitar stengah jam kami sampai di Gemba. Tiba disana bang Ofan langsung melakukan aktifitasnya, saat itu saya masih di dalam mobil, saya tidak berani masuk ke acara tersebut, cukup besar dan formal, saat itu saya menggunakan celana pendek yang sudah sobek-sobek. 

Karena hal itu, sopirnya mengajak saya untuk mengantarnya menggantikan kampas koplen mobilnya bang Ofan. Sekitar 1 jam saya tidur dalam mobil saat kampas koplennya di gantikan. Pagi menuju siang itu cukup memanaskan, dan saya tekaget, sopirnya berkata kepada saya kita kembali ke acara tersebut, karena sudah habis sunatan, sekalian makan-makan. 

Kami kesana bukan dengan mobil yang sementara di perbaiki, tapi dengan mobil adik bungsunya bang Ofan yang tanggal 5 januari ini akan menikah di desa Laha. Sampai disana saya langsung kebelakang dan makan. Saya juga tak sempat menghabiskan makanannya, bang Ofan saking buru-burunya saya putuskan untuk buru-buru juga. Setelah berpamitan dengan semua keluarga bang Ofan, kami langsung bergegas kembali. Saat itu kami menggunakan mobil yang lain dengan sopir yang lain  juga. 

Sopir yang satu ini juga berasal dari desa hualoy, ia juga sudah berpengalaman melakukan perjalanan kesana. Saat itu perjelanan balik kami terhitung mulai dari jam 11 tepat, kami tak sempat sholat jumat karena terburu-buru untuk kegiatan disana. Kata bang Ofan kepada sopir kita harus sampai disana sekitar jam 2 tepat, si sopir mengatakan kembali, katanya terlalu berat, mungkin sekitar jam 3 sampai. 

Bang Ofan kembali menekan, yang penting cepat saja. Dengan kecepatan 100KM. Kami sampai disana sekita jam 2 lewat, bang Ofan dan saya hanya istirahat sebentar saja, kami langsung ke gedung kegiatannya bang Hasan. Sampai disana Gifar, Heldi, bang Ari dan bang Adit sudah menyelesaikan sunatan, waktu itu  pasien sunatannya hanya tersisah satu orang saja. 

Bang Ofan langsung menuju ketempat pemeriksaannya. Saya melihat warga yang datang disana saat itu cukup banyak hampir seimbang dengan yang ada di tehoru. Perisis sama wajah-wajah harapannya kepada dokter. Bang Ofan ternyata sudah di tunggu dari pagi lagi, stengah dari pasien sudah pulang, sekitar ada 30 lebih pasien disana, dengan tenang bang Ofan mulai bekerja dan berkomunikasi dengan pasiennya.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Saat itu saya menafsirkan kalau bang Ofan sebenarnya merasa waktu untuk pemeriksaannya terlalu singkat, kami juga di buru dengan waktu, untuk sorenya kami harus liburan ke pantai ORA. Tapi ternyta gagal kesana. Bang Ofan selesai pemeriksaan sekitar jam 5 lewat. Itupun menurut saya belum cukup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun