Pemerintah Indonesia telah meluncurkan berbagai stimulus ekonomi dalam beberapa tahun terakhir, mulai dari diskon transportasi, tarif tol, bantuan sosial, bantuan pangan, hingga subsidi upah. Tujuannya jelas: meringankan beban masyarakat dan menggerakkan roda perekonomian nasional. Namun, pertanyaannya, apakah berbagai bentuk bantuan ini benar-benar cukup untuk menutup kebutuhan rumah tangga dan membuat hidup masyarakat terasa lebih lega?
Bantuan Datang, Pengeluaran Tak Pernah Berhenti
Saya sempat berbincang dengan beberapa warga di sekitar pasar tradisional Jogja, salah satunya Pak Slamet, seorang buruh harian yang menjadi penerima manfaat bantuan sosial. "Alhamdulillah, bantuan sembako dan subsidi upah memang sangat membantu, terutama saat harga kebutuhan pokok naik. Tapi, jujur saja, bantuan itu hanya cukup untuk beberapa hari. Setelah itu, ya kembali harus cari tambahan," ungkapnya.
Pak Slamet bukan satu-satunya yang merasakan hal ini. Banyak keluarga penerima manfaat mengaku, bantuan pemerintah memang terasa, namun sifatnya hanya sementara. "Kalau dapat diskon tarif listrik atau transportasi, lumayan buat mengurangi pengeluaran. Tapi kebutuhan anak sekolah, biaya kesehatan, dan cicilan tetap jadi beban utama," tambah Bu Siti, seorang ibu rumah tangga yang juga menerima bantuan sosial.
Stimulus Ekonomi: Menyentuh Inti Masalah atau Sekadar Permukaan?
Salah satu kritik yang sering muncul adalah soal ketepatan sasaran dan efektivitas stimulus. Banyak masyarakat merasa bantuan yang diterima belum benar-benar menyentuh inti persoalan rumah tangga, seperti biaya pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan sehari-hari yang terus meningkat. "Kadang bantuan datang saat kebutuhan sudah mendesak. Kalau bisa, bantuan itu lebih rutin dan menyasar kebutuhan yang paling penting, seperti sembako dan biaya sekolah," ujar Pak Slamet.
Di sisi lain, ada juga yang merasa stimulus seperti subsidi upah atau bantuan langsung tunai (BLT) lebih efektif dibandingkan diskon transportasi atau tarif tol. "Bantuan tunai bisa langsung dipakai sesuai kebutuhan, tidak terbatas hanya untuk satu jenis pengeluaran," kata Bu Siti.
Bantuan Langsung Tunai vs. Bantuan Barang
Perdebatan antara bantuan langsung tunai dan bantuan barang masih terus terjadi di kalangan masyarakat. Sebagian besar warga yang saya temui lebih memilih bantuan tunai karena fleksibel dan bisa digunakan untuk kebutuhan apa saja. Namun, ada juga yang merasa bantuan barang seperti sembako lebih aman dari risiko penyalahgunaan.
"Kalau dapat uang, kadang habis buat hal yang tidak penting. Tapi kalau sembako, jelas untuk makan," ujar Pak Budi, seorang pedagang kecil di pasar. Meski demikian, ia tetap berharap bantuan bisa lebih sering diberikan, terutama saat harga bahan pokok melonjak.