Mohon tunggu...
Kayla Halfiana
Kayla Halfiana Mohon Tunggu... Mahasiawa PAI FITK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

saya suka mendengarkan musik, suka dengan kebersihan dan kerapian

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sudahkah Kurikulum Sekolah Membentuk Generasi Berakhlak Islami?

10 Oktober 2025   21:10 Diperbarui: 11 Oktober 2025   17:35 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Dalam islam, konsep kurikulum bermakna manhaj yaitu jalan terang yang dialalui oleh pendidik dan anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Kurikulum Pendidikan Islam adalah bahan--bahan pendidikan islam berupa kegiatan, pengetahuan, dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan islam.

Kurikulum pendidikan islam bertujuan menanamkan kepercayaan dalam pemikiran dan hati generasi muda, pemulihan akhlak, dan membangunkan jiwa rohani.

Kurikulum pada sekolah umum (SD, SMP,SMA/SMK) di Indonesia sebenarnya sudah mencantumkan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai mata pelajaran wajib. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh masing-masing peserta didik. Namun, pelaksanaan kurikulum ini masih meghadapi beberapa kendala, diantaranya sebagai berikut:

1. Keterbatasan jam pelajaran agama, yang mana biasanya hanya 2 jam pelajaran per minggunya.

2. Pendekatannya yang masih bersifat kognitif, yaitu pembelajarannya berfokus pada pemahaman teori dan hafalan, bukan pada sikap atau tindakan nyata

3. Nilai-nilai islam belum diintegrasikan ke mata pelajaran lainnya, seperti IPA, IPS, ataupun Matematika.

4. Lingkungan sekolah kurang mendukung pembiasaan sikap islami, artinya suasana dan budaya sekolah belum sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai islam yang bisa membentuk karakter peserta didik secara nyata, sehingga ajaran agama hanya dipahami secara teori, tidak terbiasa diamalkan dalam perilaku sehari-hari.

Akibatnya, tujuan pendidikan islam belum sepenuhnya tercapai.

Kurikulum Pendidikan Islam seharusnya berorientasi pada pembinaan iman, akhlak, dan kesadaran spiritual yang mendalam. Pendidikan Islam yang ideal harus mengarahkan peserta didik untuk beramal shaleh dan bertanggung jawab kepada Allah, menghubungkan ilmu dengan nilai-nilai moral dan keagamaan, serta menumbuhkan kepribadian yang seimbang antara jasmani, akal, dan Rohani.

Sementara itu, kurikulum sekolah umum di Indonesia lebih menekankan kompetensi akademik dan keterampilan (literasi, numerasi, kreativitas, dan kolaborasi). Walaupun nilai-nilai karakter diperkenalkan melalui Profil Pelajar Pancasila, implementasinya masih belum menguat pada spiritualitas islam.

Jadi, kurikulum umum belum sepenuhnya membekali peserta didik untuk menjadi pribadi muslim sejati, karena belum menyentuh aspek keimanan dan kesadaran ibadah secara menyeluruh. Akibatnya, banyak lulusan sekolah yang cerdas secara intelektual, tetapi lemah dalam akhlak, disiplin, dan tanggungjawab moral.

KESIMPULAN:

Kurikulum Pendidikan Islam memiliki tujuan utama untuk membentuk manusia yang beriman, bertakwa, berilmu, dan berakhlak mulia. Kurikulum ini tidak hanya berfokus pada pengetahuan agama, tetapi juga pada pembinaan spiritual, moral, dan sosial agar peserta didik mampu mengamalkan nlai-nilai islam dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, dalam praktiknya, kurikulum sekolah umum (SD, SMP, SMA/SMK) di Indonesia belum sepenuhnya mampu mencapai tujuan Pendidikan islam secara menyeluruh karena:

-Pendidikan agama hanya diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri, bukan bagian dari semua bidang studi.

-Pendekatan pembelajaran masih terlalu kognitif, lebih menekankan pada hafalan dan pemahaman teori, bukan pembentukan sikap dan perilaku Islami.

-Lingkungan sekolah belum sepenuhnya religius, nila-nilai islam belum menjadi budaya hidup di sekolah.

Akibatnya, peserta didik mengetahui ajaran islam secara teori, tetapi belum terbiasa menerapkannya dalam perilaku nyata. Untuk itu, perlu ada perubahan dan integrasi antara kurikulum nasional dengan nilai-nilai islam, agar pendidikan di sekolah umum tidak hanya mencetak siswa yang cerdas secara akademik, tetapi juga berakhlak, beriman, dan berkepribadian Islami.

SUMBER REFERENSI:

Noorzanah. (2017). KONSEP KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN ISLAM. Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan 15 No.28, 68-74.

           

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun