Mohon tunggu...
Katriel Liora
Katriel Liora Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hi!

Undergraduate at TSM

Selanjutnya

Tutup

Money

Budaya Risiko Dalam Penerapan Work From Home (WFH)

18 September 2021   18:15 Diperbarui: 18 September 2021   18:24 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang sudah masyarakat ketahui, dalam mencegah pandemi Covid-19 pemerintah mewajibkan sebagian besar sektor industri untuk bekerja dari rumah atau yang dikenal dengan Work From Home (WFH). Dimana perusahaan atau perkantoran harus bisa untuk cepat beradaptasi  dalam penerapan kerja yang belum pernah terjadi sebelumnya dan juga sigap akan risiko yang akan dihadapi nantinya dengan adanya WFH ini.

Work From Home (WFH) sebenarnya sudah mulai diterapkan dalam Revolusi Industri 4.0, dimana semua proses pekerjaan dilakukan dengan digitalisasi. 

Tetapi bagaimana dengan sebagian bisnis yang tergolong baru dalam hal ini?

Beberapa perusahaan mungkin bisa beradaptasi dengan cepat dalam menjalani WFH, tetapi sebagian perusahaan pasti ada yang mengalami kesulitan. Sebelum menerapkan budaya risiko yang baru, perusahaan harus sadar dan mengenali risiko nya terlebih dahulu.  Saat WFH diterapkan yang pertama kali dirasakan oleh semua perusahaan adalah sulitnya berkomunikasi. Tidak banyak juga anggota perusahaan yang gaptek dalam menggunakan aplikasi yang menyediakan video call atau meeting conference.

Kendala lainnya adalah para atasan yang sulit untuk memeriksa kinerja para karyawannya. Tidak ada jaminan para pekerja sepenuhnya bekerja dan tepat waktu saat WFH. Ini adalah tantangan baru untuk perusahaan dalam mengevaluasi karyawannya. Berkurangnya produktivitas karyawan juga dirasakan oleh perusahaan dan bisa berakibat penurunan kinerja perusahaan.

Solusi dan budaya risiko yang diterapkan:

Saat hampir semua negara memberlakukan WFH, aplikasi yang berguna sebagai alat berkomunikasi pun semakin ditingkatkan untuk mempermudah penggunanya. Para pekerja perusahaan pun harus mengerti atau mungkin bisa mengadakan training bagi pekerja yang kurang mengerti dibidang teknologi agar tidak terhambatnya komunikasi dalam sehari-hari. Memastikan aplikasi mudah untuk digunakan, seperti Microsoft Teams, Zoom, atau Google Meeting. Perusahaan juga bisa menggunakan social messaging untuk mengirim pesan secara cepat.

Untuk memeriksa kinerja karyawan dalam waktu dan produktifitas pun sekarang sudah ada banyak solusinya karena teknologi. Salah satunya adalah menggunakan aplikasi yang memiliki fitur Live Attendance sebagai absensi karyawan. Fitur-fitur tersebut sudah banyak terlebih lagi ada yang sudah dilengkapi oleh GPS dan waktu. Jadi para atasan bisa mengontrol pergerakan karyawan dari rumah.

Karyawan juga bisa diwajibkan untuk membuat laporan harian atau time tracking sebagai bentuk tanggung jawab karyawan yang bekerja di rumah. Aplikasi yang menyediakan time tracking pun juga sudah banyak yang menyediakan. Perusahaan jadi bisa mengirimkan tugas kepada karyawan dan karyawan bisa mengirim balik tugas nanti yang telah diselesaikan.

Adanya motivasi dan dukungan dari atasan pun bisa meningkatkan produktivitas karyawan. Adanya kemauan dan dorongan dapat membuat karyawan lebih semangat dan melakukan kinerja yang lebih baik untuk perusahaan kedepannya. Sadari pentingnya budaya risiko dan lakukan penerapan solusinya. 

Karena secara sadar maupun tidak budaya risiko dalam suatu perusahaan adalah elemen penting yang dapat memastikan bahwa doing the right thing lebih baik daripada doing whatever it takes.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun