Mohon tunggu...
Kathryn Deandrea
Kathryn Deandrea Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA

-

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

"Kalau Tak Untung", Pelajaran Hidup di Belakang Kisah Cinta Tragis

2 Oktober 2021   12:01 Diperbarui: 2 Oktober 2021   12:06 2546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul buku "Kalau Tak Untung" karya Selasih (Sumber: Balai Pustaka) 

Contoh pertama adalah pernikahan antar sepupu yang hampir dialami Masrul dan Aminah. Menurut pandangan Ibu Masrul dan adat istiadat Minangkabau, status sosial sangat diutamakan, sehingga harus terjadi perkawinan antara saudara (biasanya sepupu) untuk mempertahankan harta di dalam keluarga tersebut yang bisa dilihat dengan keinginannya agar anaknya menikahi darah dagingnya sendiri dan sebaliknya, pandangan modern oleh Masrul yang mengatakan bahwa perkawinan dengan sepupu akan menghasilkan anak yang cacat. 

Contoh kedua adalah pemikiran orang desa mengenai pendidikan perempuan dan kebalikannya adalah pemikiran keluarga Rasmani bahwa walaupun Rasmani perempuan, pendidikannya tetaplah penting. Penggunaan bahasa juga menggambarkan latar sosial sebelum kemerdekaan. 

Pada tahun 1900-an, Indonesia masih dijajah oleh Belanda sehingga terdapat penggunaan kata-kata yang merupakan bahasa Belanda tetapi digabungkan dengan kalimat bahasa Indonesia seperti kata opziener, kweekeling, dan overwerk. Selain itu, penggunaan bahasa masyarakat Minang yang berbeda dari bahasa Indonesia juga terpapar jelas seperti misalnya panggilan Mamak untuk paman dari keluarga ibu dan Etek untuk saudara perempuan ibu atau istri dari Mamak.

Pesan Moral

Buku ini membawa beberapa pesan moral penting. Pertama, kita harus mendengarkan nasehat orang tua yang ditunjukkan saat Masrul mengabaikan nasehat orang tuanya untuk menikahi seseorang yang ibunya sudah kenal dengan menikahi Muslina, hal tersebut mengakibatkan hidupnya menjadi sengsara. 

Kedua, kita tidak bersikap serakah harta yang ditunjukkan ketika Masrul memilih Muslina dibanding Rasmani karena harta yang dimiliki Muslina, Masrul menjadi terbutakan harta untuk melihat sifat asli Muslina sehingga akhirnya mengakibatkannya terperangkap dalam pernikahan tidak harmonis. 

Ketiga, kita mengejar pendidikan setinggi mungkin demi memenuhi cita-cita. Walaupun sering dicemooh warga lain, Rasmani tetap dengan semangat menimba ilmu untuk meraih cita-citanya, Yang terakhir adalah untuk menghargai orang-orang di sekitar kita sebelum kita menyesal. Dalam novel, Rasmani digambarkan sebagai seseorang yang baik hati dan pemaaf. 

Setiap kali Masrul meminta bantuan atau saran dari Rasmani, pasti hal tersebut dilakukannya, tetapi Masrul kurang menghargainya dengan tidak menuruti nasehatnya. Masrul juga mengingkari janjinya pada Rasmani dan memilih seseorang yang lebih kaya dibanding Rasmani padahal dari awal sampai akhir novel cinta Rasmani pada Masrul sangatlah tulus. Ketika Masrul akhirnya sadar akan perasaannya itu, sudah terlambatlah ia dan hal tersebut menunjukkan bahwa kita harus menghargai dan memperlakukan orang lain dengan baik selagi hal tersebut masih memungkinkan.

Evaluasi

Kelebihan buku ini adalah penggambaran latar serta tokoh yang sangat baik serta pesan moral yang penting. Dalam buku Kalau Tak Untung karya Selasih, pembaca dapat melihat latar sosial budaya orang Minang yang jelas sehingga seolah-olah bisa mengerti/merasakan kehidupan orang Minang pada zaman tersebut. Mulai dari pandangan dan cara pikir orang-orang, tradisi yang diikuti, serta bahasa yang digunakan memudahkan pembaca membayangkan kejadian-kejadian yang terjadi dalam imajinasi mereka ketika membaca buku ini. 

Selain itu, perasaan tokoh digambarkan juga dengan baik, membuat pembaca ikut merasakan kesulitan yang mereka alami dan bisa menempatkan diri di posisi mereka. Penggambaran kisah hidup Rasmani dan Masrul yang jujur dan realistis juga memunculkan pesan moral yang penting dalam hidup sebenarnya karena pembaca bisa belajar dari kisah mereka.

Kekurangan buku ini terdapat pada penulisan kata-kata dan format buku. Walaupun buku ini sudah menggunakan ejaan yang dibakukan, masih ada beberapa kata yang tidak baku seperti mesjid, asyik, dan khabar. Terdapat juga beberapa kata-kata daerah yang tidak dijelaskan artinya, sehingga pembaca yang tidak mengerti adat tersebut bingung dan susah mengartikan cerita seperti Mamak, Engku, Etek, dan afzender. 

Selain itu, terdapat kesalahan format pada halaman 151, dimana sebuah paragraf memiliki jenis dan ukuran tulisan yang berbeda dengan paragraf-paragraf lainnya.

Rekomendasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun