Mohon tunggu...
Katerina S
Katerina S Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Travel writer - Travel Blogger \r\n\r\nhttp://travelerien.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Dieng, Pesona Negeri di Atas Awan

1 April 2015   18:12 Diperbarui: 4 April 2017   17:02 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Layaklah Dieng dijuluki khayangan. Dataran tinggi yang terletak di Provinsi Jawa Tengah ini menyuguhkan panorama dramatis, mulai danau-danau, hingga pucuk-pucuk bukit dan gunung berkabut. Berkesempatan menjelajah alam Dieng bersama teman-teman saya pada bulan Oktober tahun 2014 silam, merupakan pengalaman tidak sederhana yang akan selalu lekat dalam ingatan saya. Hadir setangkup rindu di hati setiap kali saya mengingatnya. Menceritakannya di sini, membuat rasa rindu itu kian menggebu. Inilah pesona alam Dieng yang saya rindukan itu. Sungguh mengagumkan. Ricik Air Menenangkan di Curug Sikarim Curug ini merupakan salah satu mutiara tersembunyi di Dieng. Terletak di Desa Mlandi, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo. Perjalanan menuju objek wisata ini kami tempuh dengan bis kecil sejauh 12 kilometer dari jantung kota Wonosobo. Hamparan bukit dan ladang-ladang sayur,  mendominasi pemandangan sepanjang perjalanan menuju curug. Selendang air di Curug Sikarim Ketinggian air terjun Curug Sikarim mencapai 50 meter dengan latar belakang bukit Sikunir yang menjulang. Sekitar curug banyak ditumbuhi perdu dan tanaman langka. Air terjunnya berwarna silver, memancarkan pemandangan air yang atraktif. Mengalir deras menyusuri dinding batu dari atas ketinggian dengan dua jalur aliran air, laksana sehelai selendang air yang panjang. Ricik airnya terdengar menenangkan, membangkitkan rasa untuk main air, namun tiada genangan yang bisa dijadikan tempat berendam karena air terus mengalir menuruni bukit. Entah di mana ujungnya. Memandangi selendang air diiringi suara buncah ricik air terjun, ditambah udara sejuk dan pemandangan yang begitu elok, menghadirkan rasa tentram di jiwa. Membuat kami betah berlama-lama di tempat ini. Sewaktu hendak meninggalkan kawasan Curug Sikarim, kami melewati sebuah villa, satu-satunya bangunan yang berdiri di sekitar curug. Bangunan villa tersebut bercat warna putih, berpagar tinggi, dan terkunci. Kami penasaran, lalu turun dan melihat. Tetapi tak ada siapapun yang kami jumpai di villa itu. Kabut Menari Di Atas Telaga Menjer Berjarak sekitar 3 kilometer dari Curug Sikarim, terdapat Telaga Menjer yang jernih dan asri. Suasana di sekitar telaga sangat tenang dengan udara sejuk sepanjang waktu. Dikelilingi bukit-bukit berkabut, hutan pinus, serta kebun-kebun sayur yang subur. Sangat indah. Ketika angin berhembus kencang dan terus berulang, kabut pun bergerak terbawa angin, turun membelah pohon-pohon pinus. Gerakannya seperti tarian. Tarian bidadari yang turun ke bumi. Saya terpana.

Perahu-perahu siap membawa wisatawan keliling Telaga Menjer Telaga Menjer berada di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut, dengan luas 70 hektar dan kedalamannya mencapai 45 meter. Telaga ini terletak di Desa Maron, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo. Lokasinya dekat PLTA Garung di kaki Gunung Pakuwaja. Harga tiket masuk kawasan ini Rp 4 ribu per orang. Tersedia area parkir yang cukup luas, kios-kios dagang, warung makan/minum, kamar mandi, toilet, dan saung-saung di tepi danau. Ada tangga semen yang dapat digunakan untuk turun mencapai telaga. Di ujung tangga itu tertambat perahu-perahu getek yang siap mengantar wisatawan mengelilingi telaga. Harga karcis naik perahu Rp 10 ribu per orang. Sayang saya tidak sempat naik perahu, sibuk sendiri mendaki bukit mencari spot untuk mengambil gambar danau dari ketinggian. Telaga Menjer termasuk ke dalam danau vulkanis dan merupakan telaga terbesar di Kabupaten Wonosobo. Itu sebabnya digunakan sebagai PLTA. Selain sebagai objek wisata, telaga elok ini juga digunakan sebagai tempat budidaya ikan nila. Keramba-keramba ikan berjajar di tepian telaga. Di bagian barat telaga ada pohon besar menyatu dengan batu besar mirip sandaran dan di antara batu ada lubang seperti pintu yang ditutup tiga buah batu. Jika batu dibuka maka terlihat mata air dalam lekukan dan biasa disebut goa Song Kamal. Telaga Menjer masih jarang didatangi wisatawan. Mungkin dikarenakan fasilitas transportasi menuju kawasan ini masih sangat minim. Sangat disarankan untuk menyewa kendaraan jika ingin mengunjungi telaga cantik ini. Mengejar Matahari Terbit di Bukit Sikunir Berkunjung ke Dieng kurang lengkap bila tidak singgah di puncak Bukit Sikunir. Apa yang bisa dilihat di puncak Sikunir? Apa lagi kalau bukan eksotisme golden sunrise. Inilah bukit yang paling diincar sebagai tempat untuk menyaksikan matahari terbit di dataran tinggi Dieng. Namun sayang, saat saya ke sana cuaca sedang tidak terlalu cerah, sehingga keindahan fenomena alam golden sunrise di puncak Sikunir tidak bisa saya nikmati sepenuhnya.
Menanti golden sunrise di Puncak Sikunir Untuk mencapai puncak Bukit Sikunir memang tidaklah mudah, diperlukan perjuangan dan stamina yang kuat untuk melakukan pendakian. Menahan udara dingin yang membuat badan gemetar, serta meniti jalan setapak berbatu dan berkelok, menjadi bagian dari perjuangan itu. Namun, semua rasa lelah dan letih selama pendakian terbayar dengan eksotisme alam yang begitu memukau. Saat cuaca mulai cerah, warna jingga hingga proses kuning keemasan pun muncul, dan matahari pun mulai menyinari alam semesta. Wisatawan yang berada di puncak Sikunir serentak berdecak, bahkan ada yang bertepuk tangan. Betapa menakjubkan. Untuk mengejar sunrise, kami berangkat sepagi mungkin. Start dari Desa Sendang Sari di Wonosobo menuju Desa Sembungan sejak pukul 3 pagi. Sesampainya di Desa Sembungan, bis berhenti dan kami pun langsung menuju masjid untuk salat Subuh. Usai salat lanjut jalan kaki ke bukit Sikunir. Namun karena letaknya masih agak jauh, kami pun naik ojek. Tepat pukul 04.35 pendakian dimulai. Sampai di puncak Sikunir sekitar pukul 05.00. Puncak Sikunir memang tidak jauh tapi jalan menuju puncak terjal bukan main. Pengalaman mendaki Bukit Sikunir ini menjadi salah satu pengalaman berharga yang didapat dari Dieng. Telaga Cebong, Telaga Menawan di Atas Awan Setelah berdiri di Puncak Sikunir dengan kepala mendongak ke langit menatap matahari terbit, maka giliran menunduk ke bawah memandang telaga cantik yang sangat indah. Telaga Cebong namanya. Inilah telaga di atas awan, keindahan lain dari jalur pendakian ke Bukit Sikunir. Bagaimana tidak disebut di atas awan, telaga ini berada di Desa Sembungan dengan ketinggian 2300 m dpl, tidak jauh dari Dataran Tinggi Dieng. Desa ini merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa dengan luas 2,65 km² dan dihuni oleh sekira 1400 jiwa. Letaknya di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah.
Telaga Cebong terlihat dari ketinggian Buit Sikunir Telaga Cebong nampak begitu cantik dari ketinggian. Untuk mencapainya, saya perlu  menuruni puncak bukit Sikunir selama 20 menit. Andai bisa berlari, mungkin saya sudah berlari. Tapi tak bisa. Sempat terpikir untuk merosot, tapi alangkah hebohnya bukit Sikunir pagi itu jika saya sungguh melakukannya hehe. Telaga Cebong diapit perkebunan penduduk, serta perbukitan hijau dengan konturnya yang menarik. Udara sejuk pegunungan yang bersih bebas polusi, membuat telaga ini laksana tempat paling diidamkan di bumi. Permukaannya yang jernih dan tenang, memantulkan birunya langit dan hijaunya perbukitan sekitar. Di tepian telaga terdapat area parkir yang luas untuk kendaraan wisatawan, ada banyak warung makanan dan minuman, juga kios souvenir. Bahkan, terdapat area perkemahan yang dilengkapi MCK. Saya melihat deretan tenda warna warni memadati sisi telaga, tak jauh dari area parkir. Suasana perkemahan pagi itu sangat ramai. Orang-orang duduk menikmati sarapan sambil menghadap ke telaga. Ada juga yang sekedar berjalan menikmati suasana. Saya iri. Sungguh iri melihat mereka. Andai tadi malam saya bisa merasakan berkemah di tepian telaga seindah ini, alangkah senangnya.
Area perkemahan di kawasan Telaga Cebong Beribu Puja Untuk Telaga Warna Sudah selesai dengan Telaga Menjer dan Telaga Cebong? Belum! Ada satu telaga lagi yang kembali membuat saya terpana, bahkan membuat saya tak henti-henti mengucap syukur kepada Sang Pencipta atas keindahan yang diciptakanNya. Telaga Warna namanya. Inilah salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, yang tidak boleh dilewatkan jika menjejak dataran tinggi Dieng. Umumnya wisatawan menikmati pemandangan telaga ini dari bawah. Mendekati tepiannya, dan menyentuh airnya. Namun saya mencari sesuatu yang berbeda. Saya mengajak Lestari, teman saya, dan mas Ari, guide kami, mendaki bukit yang memagari telaga. Lebih 2 km jaraknya dari area parkir bis. Jauh dicapai, letih di badan, namun saya teguh untuk melihat telaga dari atas bukit kendati kondisi menuju bukit ini cukup sempit dan licin dan hanya bisa dilalui oleh satu orang saja.
Telaga Warna dengan latar belakang Gunung Sindoro, Gunung Pakuwojo, dan Gunung Kendil Dinamakan Telaga Warna karena fenomena alam yang terjadi di tempat ini yaitu berupa pergantian warna air dari telaga tersebut. Terkadang berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni seperti pelangi. Fenomena ini terjadi karena di dalam air tersebut terdapat kandungan sulfur cukup tinggi sehingga saat sinar matahari mengenainya maka warna air telaga nampak berwarna warni. Dari atas bukit, airnya yang kehijauan terlihat tenang tanpa riak, begitu tenang. Lalu, kata-kata apa yang bisa saya ungkapkan untuk melukiskan keindahan telaga ini? Rasanya tak ada. Tak terlukiskan dengan kata-kata. Nun di bawah sana, pohon-pohon yang melingkupi danau berpadu dengan kabut putih dan suasana hening yang magis, menciptakan suasana mistis yang membuat saya merasa ingin bertanya: “Masihkah saya di bumi?”
Hamparan perbukitan hijau dan pedesaan tradisional Dataran tinggi Dieng, sepotong keindahan dunia yang tak akan ada habisnya untuk dinikmati.Tak akan pernah rugi datang ke tempat ini. Pemandangannya yang spektakuler, dramatis dan menakjubkan, serta hawa dingin sejuk dari dataran tinggi Dieng membuat saya mendapatkan kesan yang mendalam setelah mengunjunginya. Cara menuju Dieng: Dataran tinggi Dieng terletak di Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Jadi, untuk sampai ke sana mesti mencapai salah satu kota yang ada di Jawa Tengah terlebih dahulu. Salah satunya adalah Semarang. Karena saya bedomisili di Jakarta, maka yang dapat saya informasikan adalah rute dari Jakarta. Ada 3 pilihan transportasi yang bisa digunakan, yaitu bis, kereta, dan pesawat. Saya menggunakan pesawat, naik Lion Air tujuan Semarang. Harga tiket sekitar Rp 400 ribu. Dari Semarang lanjut ke Wonosobo dengan menyewa mobil jenis Avanza. Tarif sewa mobil Rp 350 ribu. Biaya ini saya tanggung berlima bersama teman saya yang juga ikut trip ke Dieng. Kami diantar ke terminal Wonosobo. Dari terminal lanjut menggunakan bis yang sudah disewa sejak sebelumnya. Bisnya kecil, tapi bagus dan nyaman. Bis inilah yang membawa kami keliling Wonosobo selama 2 hari, termasuk menyambangi tempat-tempat yang saya ceritakan di atas. Teman seperjalanan saya dari Jakarta banyak juga yang menggunakan bis. Mereka berangkat dari terminal Kampung Rambutan dengan tujuan Terminal Mendolo Wonosobo. Tarif bis sekitar 100 ribuan. Berangkat sore hari, tiba dini hari. Naik bis juga aman dan nyaman. Apalagi bisnya bis malam, bisa tidur sepanjang perjalanan. Nah, mudah bukan menuju Dieng? Jadi, kapan ke Dieng? Kapan lagi kalau bukan sekarang ^_^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun