Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kefanatikan Beragama Bukan Penghalang untuk Menjalin Hubungan Kemanusiaan dengan Penganut Agama Lain

3 Oktober 2013   19:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:02 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kefanatikan pada agama yang diyakini dengan sepenuhnya, sejatinya tidak akan menghalangi seseorang untuk berhubungan secara kemanusiaan dengan penganut agama lain. Asalkan kefanatikan itu tidak untuk mempertanyakan, melecehkan atau menghina agama lain.

Dalam kehidupan yang pernah saya lalui sudah pernah berhubungan dengan penganut semua agama yang ada di Indonesia. Tidak pernah menemukan masalah sama sekali walau dengan pemeluk agama yang fanatik sekalipun.

Waktu di Majalengka saya tinggal satu mess dengan rekan seorang muslim. Rajin sembahyang dan cukup fanatik. Teman ini termasuk haram mengucapkan 'Selamat Natal'. Atas hal ini saya merasa tidak perlu mempertanyakan secara mendetail lagi.

Namun hal ini tidak menghalangi kami untuk berhubungan secara baik dalam bekerja. Karena kami berusaha untuk tidak membahas masalah agama dalam pembicaraan. Pembicaraan lebih kepada masalah kemanusiaan atau masalah sepak bola. Jadi tidak pernah terjadi perdebatan.

Selama tiga tahun lebih tinggal bersama saya berusaha menghindari berbicara masalah agama atau mempertanyakan urusan haram mengucapkan 'Selamat Natal'. Jadi nyaman-nyaman saja kami dalam kebersamaan.

Ketika saya tinggal di daerah di Cirendeu saya sering berhubungan dengan seorang penganut Nasrani yang saya anggap fanatik. Kalau sudah berbicara tentang keyakinannya sangat berapi-api. Salut saya. Keyakinannya sudah harga mati.

Tapi teman ini tidak suka berdebat. Katika saya juga berbicara tentang keyakinan saya, maka ia hanya berkata,"Bagus, bagus itu."

Walaupun kami terlibat dalam pembicaraan soal agama, tidak pernah sampai menimbulkan perdebatan. Karena tidak saling mempertanyakan atau mencela keyakinan masing-masing. Artinya hubungan kami selalu baik-baik saja.

Dalam berhubungan di masyarakat memang mestinya tidak membawa-bawa agama. Karena itu memang urusan yang sangat pribadi. Tapi justru nilai-nilai kebaikan agama itu kita terapkan dalam pergaulan sehari-hari, sehingga menunjukkan keagungan agama itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun