Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berani Kalah !

19 Juni 2012   13:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:47 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Para bijak berkata:

Kalah itu mulia. Karena kekalahan membutuhkan kebesaran jiwa dan kearifan untuk menerimanya. Dengan kekalahan kita memberikan kemenangan yang mendatangkan kegembiraan bagi pihak lain.


Siapa yang mau kalah? Sepantasnya setiap orang menghendaki kemenangan dalam hidupnya. Karena kemenangan mendatangkan kebanggaan dan kegembiraan. Menghadirkan penghargaan dan penghormatan.


Sementara itu pastinya kekalahan itu menyakitkan dan menimbulkan kekecewaan. Mimpi buruk.

Bahkan bisa mendatangkan rasa putus asa. Karena kekalahan bisa menjadi bahan ejekan dan tertawaan.


Dalam kehidupan nyata banyak kita temui pihak-pihak yang tidak siap dengan kekalahan. Akibatnya melakukan kecurangan dan tindakan anarkis.


Pada pemilihan kepala daerah misalnya. Semua pihak ingin menang. Tidak salah memang. Tetapi demi untuk meraih kemenangan tak sungkan melakukan kecurangan.


Di bidang olahraga. Dalam cabang sepak bola contohnya. Banyak tindakan anarkis dan pengrusakan. Salah satu penyebabnya karena ada pihak tidak berani menerima kekalahan. Seakan haram apabila harus kalah.


Dalam kehidupan keseharian. Kita rela menarik urat leher panjang-panjang untuk berdebat. Rela membuang demikian banyak energi untuk mempertahankan kebenaran yang belum tentu benar.


Perdebatan bisa panjang dan caci-maki bertebaran. Tak ada yang berani untuk kalah atau mengalah. Kenapa? Sebab semuanya merasa paling benar.


Apa kata dunia kalau berhenti berdebat? Bisa-bisa dianggap kalah dan pecundang. Begitulah keakuan menguasai. Kekalahan dianggap diaib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun